Rabu, 22 Juni 2016

MEA

Dialog Enterpreneurshif "Menggapai MEA" Dialog Enterpreneurship dengan tema “Menjadi Enterpreneur Sukses dalam Menghadapi MEA” Kunci dalam berusaha: 1. Pemasaran, kita harus bisa memesarkan/mempromosikan produk kita kepada konsumen yang tepat sasaran agar dapat menuai hasil yang maksimal dan efisien. Contoh: seorang padagang buku harus memasarkan barang dagangannya kepada pelajar, bukan kepada tukang ojek motor. 2. Nilai tambah, kita harus bisa melihat peluang didalam segala kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah. Contoh: sebagai pemilik kantin dekat kampus kita harus bisa memberikan nilai tambah pada kantin kita, bisa dilakukan dengan cara adanya wifi gratis, tempat tongkrongan yang dibuat masa kekinian yang nyaman dan aman dll. 3. Faktor kali, maksudnya adalah meskipun mendapat keuntungan yang sangat minimum tetapi dengan faktor kali akan menjadi banyak/maksimal. Contoh: kita menjual produk dengan keuntungan bersih hanya Rp.2000 namun jika kita dapat menjualnya dalam satu hari 200 buah produk maka keuntungan nya menjadi Rp.2000 x 200 = Rp.400.000 Yang selanjut nya dalam berwirausaha tidak perlu takut gagal, karena kegagalan itu pasti terjadi kepada setiap wirausahawan terhebat sekalipun,, Maka ingat teman-teman dalam hidup ini jangan takut gagal, Mari bersama-sama kita jadikan kata-kata dibawah ini menjadi prinsip kita dalam berwirausaha

Minggu, 05 Juni 2016

wahai ibu maafkan anakmu

Mungkin sebagian dari kita bingung mengisi waktu liburan kali ini. Ada yang mengisinya dengan menonton televisi, tamasya, belanja, jalan-jalan, dan lain-lain. Ada yang mengisi liburannya dengan setumpuk kegiatan organisasi di kampus, ada pula yang mengisinya dengan menghadiri banyak pengajian. Sebagian mengisi liburan dengan kegiatan yang bermanfaat, sedangkan sebagian yang lain mengisinya dengan kegiatan yang sia-sia. Terlepas dari semua itu, tidakkah kita ingat bahwa terdapat suatu kegiatan yang sangat mulia dan utama? Kegiatan mulia yang bernama “berbakti kepada kedua orang tua”. Kita pasti sudah tidak asing dengan kata “berbakti kepada kedua orang tua” yang sering kita jumpai di pengajian-pengajian dan buku-buku keislaman. Kali ini, kami ingin mengingatkan kembali tentang tema berbakti kepada kedua orang tua serta kisah para ulama dalam menaati kedua orang tua. Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia, “Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua? Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim) Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari) Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang yang melakukan ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu, sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga yang selalu menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma kasturi, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yang membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan berbakti kepada kedua orang tua selama mereka menjauhi dosa besar. Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’ ‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’” Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan mengetahui bahwa berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafush shalih? Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya? Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada kedua orang tua, tetapi kita malah melalaikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda, “Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim) Melalui Doa Ibu Berikut ini terdapat kutipan kisah penuh hikmah tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Salim bin Ayyub bercerita, “Aku pernah mengadakan perjalanan ke kota Ray, ketika itu usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu majelis dengan seorang syaikhyang sedang mengajar. Syaikh itu berkata kepadaku, ‘Maju dan bacalah.’ Aku berusaha membacanya tetapi aku tidak bisa. Lidahku kelu. Ia bertanya, ‘Apakah kamu punya ibu?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Syaikh berkata, ‘Kalau begitu, mintalah ia supaya mendoakanmu agar Allah menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim dan ilmu.’ Lantas aku pulang menemui ibuku dan memintanya berdoa. Maka ia berdoa untukku. Setelah tumbuh dewasa, suatu ketika aku pergi ke Bagdad. Di sana aku belajar bahasa Arab dan fikih, kemudian aku kembali ke kota Ray. Ketika aku sedang berada di Masjid Al-Jami’ mempelajari kitab Mukhtashar Al-Muzani, tiba-tiba Asy-syaikh datang dan mengucapkan salam kepada kami sedangkan ia tidak mengenaliku. Ia mendengarkan perkataan kami, tetapi tidak tahu apa yang kami ucapkan, kemudian ia bertanya, ‘Kapan ia belajar seperti ini?’ Maka aku ingin mengatakan seperti yang ia ucapkan dahulu, ‘Jika engkau punya ibu, katakan kepadanya agar ia berdoa untukmu.’ Akan tetapi aku malu kepadanya.” Lihatlah Saudariku, betapa mustajabnya doa seorang ibu. Lalu mengapa terkadang kita khawatir doa kita tidak terkabul? Mengapa terkadang kita merasa kesulitan memahami suatu ilmu padahal ada seorang ibu di samping kita? Bakti Seorang Anak ketika Orang Tua telah Tiada Terkadang sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua orang tua telah usai ketika orang tua telah wafat. Jika memang demikian, alangkah bakhilnya diri kita. Alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua yang telah mengasuh kita dengan penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan siang dan malamnya untuk kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah mengucurkan banyak air mata dan keringat untuk kebaikan sang anak. Lantas, apakah balas budi kepada mereka akan berakhir seiring berakhirnya kehidupan mereka?? Saudariku … ketahuilah, bahwa saat setelah wafat adalah saat di mana kedua orang tua paling membutuhkan bakti anak-anaknya, yaitu ketika mereka telah memasuki alam barzah. Mereka sangat membutuhkan doa yang baik dan permohonan ampun melalui seorang anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya kepada Allah Ta’ala. Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim) Begitulah, bakti seorang anak kepada kedua orang tua senantiasa menjadi utang manusia selama ruh masih berada pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut, dan selama napas masih berembus. Oleh karena itu, sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika orang tua telah wafat. Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi hutang yang harus ditunaikan sampai ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Mereka sangat membutuhkan doa yang tulus serta permohonan ampun sehingga mereka mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan dari Allah karenanya. “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim) Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua orang tua: Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah disebutkan). Sebab dihapuskannya dosa besar. Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban) Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad) Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan durhaka pula kepadanya. Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’” Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua. Diterimanya amal. Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah menerima amalnya.” Saudariku, renungkanlah keutamaan-keutamaan di atas. Sesungguhnya berbakti kepada orang tua merupakan salah satu sebab dihapuskannya dosa besar, diterimanya amal, serta sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat. Setelah kita melihat keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, pahala yang dijanjikan, serta kisah-kisah generasi pendahulu yang saleh, masih adakah penghalang bagi kita untuk menaati kedua orang tua? Renungan … Saudariku, mari renungkan kisah ini agar kita tahu betapa luas dan dalamnya kasih sayang orang tua—terutama ibu—kepada anaknya. Dikisahkan, pada masa kekuasaan Al-Abbasiyyah ada seorang laki-laki mendatangi rumah seorang wanita, lalu ia mengetuk pintu dan memintanya melunasi utang. Perempuan itu menampakkan ketidakmampuannya untuk melunasi utang sehingga orang itu marah dan memukulnya lantas pergi. Kemudian dia datang sekali lagi menemui wanita tersebut. Akan tetapi, kali ini yang membukakan pintu adalah anak laki-laki dari wanita itu. Tamu itu menanyakan di mana ibunya. Anak tersebut menjawab, “Ibuku pergi ke pasar.” Laki-laki itu menyangka bahwa anak tersebut berdusta sehingga ia memukul anak itu dengan pukulan yang tidak begitu keras. Tiba-tiba ibunya muncul dan melihat laki-laki itu memukul putranya maka ia menangis sejadi-jadinya. Laki-laki itu bertanya kepadanya, “Aku tidak memukulnya dengan keras, mengapa engkau menangis? Padahal kemarin aku memukulmu lebih keras, tetapi engkau tidak menangis.” Sang ibu menjawab, “Kemarin engkau memukul kulitku, dan sekarang engkau memukul hatiku ….” Laki-laki tersebut terharu dan memaafkannya, serta bersumpah untuk tidak menuntut utangnya lagi semenjak itu. Masya Allah … Kehadiran orang tua sangatlah memberi ketenangan, cinta, serta kasih sayang tersendiri yang bersemi di hati segenap insan yang berakal. Mereka biarkan kesedihan dan keletihan demi senyuman buah hatinya. Mereka curahkan segenap pengorbanan demi kebahagiaan sang buah hati. Mereka adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka adalah sekotak permata paling berharga, sekeping emas termahal yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya. Semoga tulisan ini bermanfaat serta menjadi nasihat bagi penulis dan segenap pembaca … Aamiin ….

jihad melawan nafsu

jihad melawan nafsu adalah jihad yang sebenarnya saat ini... Jika hadits yang Anda maksudkan adalah: أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ (Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan hawa nafsunya), maka hadits ini derajatnya shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu. Juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ad-Dailami. Hadits ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush-Shaghîr, no 1099, dan beliau menjelaskannya secara rinci dalam Silsilah Ash-Shâhihah, no. 1496. Syaikh ‘Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin Al-Badr –hafizhahullah– berkata,”Jika kaum Muslimin melalaikan jihad melawan diri sendiri, mereka tidak akan mampu jihad melawan musuh-musuh mereka, sehingga dengan sebab itu terjadi kemenangan musuh terhadap mereka”.[1] Kemudian beliau menukil perkataan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang mengatakan: “Bilamana orang-orang kafir menang (atas umat Islam, Red.), maka tidak lain, sesungguhnya hal itu dikarenakan dosa-dosa kaum Muslimin yang menyebabkan iman mereka berkurang. Kemudian, jika kaum Muslimin bertaubat dengan menyempurnakan iman mereka, maka Allah pasti akan menolong mereka”.[2] Adapun jika hadits yang Anda maksudkan adalah: رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar). Tentang hadits di atas, Mulla ‘Ali Al-Qari menyebutkannya di dalam Al-Asrâr Al-Marfû’ah, hlm. 127, dan beliau mengatakan: “Al-‘Asqalani mengatakan di dalam Tasdîdun-Nufûs,’Perkataan ini masyhur di kalangan manusia, dan ini merupakan perkataan Ibrahim bin Abi ‘Abalah di dalam kitab Al-Kuna karya An-Nasâ-i’.” Kemudian Mulla Al-Qari berkata,”Hadits ini disebutkan di dalam kitab Ihya` ‘Ulumuddin. Al-‘Iraqi menyatakan, bahwa hadits ini riwayat Al-Baihaqi (di dalam kitab Az-Zuhd) dari Jabir, dan Al-“Iraqi berkata,’Sanad ini ada kelemahan’.” Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albâni t menyebutkan hadits ini di dalam kitab Silsilah Al-Ahâdits Adh-Dha’îfah (5/478, no. 2460), dan beliau mengatakan: “Mungkar”. Kemudian Syaikh Al-Albani menjelaskan secara panjang lebar sisi kelemahan hadits ini. Beliau juga menukil perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar t di dalam takhrij kitab Al-Kasysyaf, bahwa An-Nasa-i di dalam kitab Al-Kuna meriwayatkannya sebagai perkataan Ibrahim bin Abi ‘Abalah, seorang tabi’i dari penduduk Syam. Syaikh Al-Albani mengakhiri penjelasannya dengan menukil perkataan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah tentang hadits ini: “Tidak ada asalnya. Tidak ada seorang pun dari manusia yang mengetahui perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkannya. Dan jihad melawan orang-orang kafir termasuk sebesar-besar amalan, bahkan hal itu merupakan amalan tathawwu’ terbesar yang dilakukan manusia”.[3] Kesimpulan Jihad melawan orang-orang kafir termasuk amalan yang paling utama, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan, kecuali setelah jihad melawan nafsunya.

penghapus dosa

PENGHAPUS DOSA-DOSA Oleh Syaikh Dr Abdul Muhsin al-Qasim Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan sebenar-benar takwa, karena takwa merupakan cahaya hidayah. Dan Allâh menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Barangsiapa taat kepada-Nya maka Allâh menjanjikan untuknya surga. Sebaliknya, barangsiapa bermaksiat dan enggan melaksanakan perintah-Nya maka dia terancam adzab yang sangat pedih. Manusia, siapapun orangnya pasti tidak akan luput dari perbuatan dosa. Dosa-dosa yang dilakukan para hamba itu sangat banyak serta variasi, ada dosa besar seperti dosa syirik. Tentang ini dosa ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan peringatan keras : إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni (dosa) karena melakukan perbuatan syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allâh, maka sungguh dia telah melakukan dosa besar [an-Nisa’/4:48] Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa menjaga kita semua agar tidak terjatuh dalam perbuatan syirik. Itulah diantara dosa besar yang dilakukan oleh hamba. Dosa syirik, tidak akan diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla kecuali dengan taubat begitu juga dosa-dosa besar lainnya, tidak akan diampuni kecuali jika si pelaku bertaubat kepada Allâh. Adapun dosa-dosa kecil, maka dosa-dosa itu bisa terhapus denga amal shalih. Dosa-dosa yang dilakukan para hamba itu sangat banyak dan variasi, sehingga ada yang dosanya menggunung. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ناَسٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ بِذُنُوْبٍ أَمْثَالِ الْجِبَالِ Pada hari Kiamat akan datang manusia dari kaum Muslimin dengan membawa dosa seperti gunung-gunung. [HR Muslim]. Diantara dosa-dosa itu ada yang berkaitan dengan hati, seperti menyakini bahwa selain Allâh ada yang dapat memberikan manfaat dan madharat ; Ada yang berkaitan dengan ucapan, seperti berdoa kepada selain Allâh; Ada yang berkaitan dengan fi’liyah (perbuatan), seperti: thawaf di atas kuburan, dan lain-lain. Sekalipun dosa anak Adam itu sangat banyak, tetapi kasih sayang Allâh sangat luas terhadap hamba-Nya. Oleh sebab itu Allâh Azza wa Jalla memerintahkan hambanya untuk melakukan ketaatan sehingga dosa-dosanya dapat diampuni. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia bersabda: مَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً Barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi sedangkan dia tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan sepenuh bumi. [HR. Muslim] Itulah tauhid. Tauhid memiliki pengaruh dan peran penting dalam penghapusan dosa-dosa bagi orang yang merealisasikannya dengan benar. Juga bagi orang-orang yang tidak berbuat syirik, terbuka kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yaitu ada dua hari dalam satu minggu, dimana pada waktu itu Allâh mengampuni setiap Muslim yang tidak menyekutukan-Nya sedikitpun dan tidak berkutat dengan dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : تُفْتَحُ أبْوابُ الجَنَّةِ يَوْمَ الإثْنَيْنِ ويَوْمَ الخَمِيْسِ ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً ، إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بينهُ وَبَيْنَ أخِيهِ شَحْناءُ فَيُقَالُ : أنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا ! Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis; Setiap hamba yang tidak menyekutukan Allâh dengan suatu apapun, maka dia akan diampuni dosanya, kecuali seorang yang bermusuhan dengan saudaranya maka dikatakan, ”Tangguhkanlah dua orang ini sampai mereka berdamai”. [HR Muslim]. Shalat dan semua rangkaian amalan yang mengawalinya yang dilakukan oleh setiap Muslim secara rutin juga bisa menjadi sarana penghapus dosa yang efektif bagi seorang hamba. Adzan yang dikumandangkan oleh sang muadzzin, menyebabkan dosanya diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla. Juga orang yang mendengarnya dan menjawabnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ : أشْهَدُ أنْ لاَ إلَه إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبّاً ، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً ، وَبِالإسْلامِ دِيناً ، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ Barangsiapa membaca doa (berikut ini) saat mendengar adzan muadzzin, maka dosanya akan diampuni (yaitu) : أشْهَدُ أنْ لاَ إلَه إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبّاً ، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً ، وَبِالإسْلامِ دِيناً Amalan lain yang biasa dilakukan oleh seorang Muslim saat akan menunaikan shalat dan bisa menjadi sebab terhapusnya dosa orang yang melakukannya adalah wudhu’. Barangsiapa berwudhu’ dengan sempurna, maka dosa-dosanya akan keluar bersama tetesan air atau diakhir tetesan air wudhu’nya. Jika setelah wudhu’, dia kemudian melakukan shalat, maka dia akan menjadi seperti bayi baru terlahir tanpa dosa. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang keutamaan wudhu’ oleh salah seorang shahabat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : مَا مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ فَيَتَمَضْمَضُ، وَيَسْتَنْشِقُ فَيَنْتَثِرُ إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ، وَفِيهِ وَخَيَاشِيمِهِ، ثُمَّ إِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ مِنْ أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ مِنْ أَطْرَافِ شَعْرِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، فَإِنْ هُوَ قَامَ فَصَلَّى، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ، إِلَّا انْصَرَفَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ Tidak ada seorang pun diantara yang mendekatkan air wudhu’nya lalu dia berkumur, memasukkan air ke hidungnya lalu mengeluarkannya kecuali akan berjatuhan kesalahan-kesalahan wajahnya, kesalahan-kesalahan mulutnya dan kesalahan-kesalahan hidungnya. Jika dia mencuci wajahnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allâh, kesalahan-kesalahan wajahnya akan berjatuhan bersama tetesan air dari ujung jenggotnya. Kemudian mencuci kedua tangannya sampai siku, kecuali kesalahan-kesalahan tangannya akan berjatuhan bersama air lewat jari-jemarinya. Kemudian jika ia mengusap kepala, maka kesalahan-kesalahan kepalanya akan berjatuhan melalui ujung rambutnya bersama air. Lalu jika dia mencuci kakinya sampai mata kaki, maka kesalahan kedua kakinya akan berjatuhan melalui jari-jari kakinya bersama tetesan air. Jika kemudian, ia berdiri lalu shalat, kemudian dia memuji Allâh menyanjung dan mengagungkan-Nya dengan pujian dan sanjungan yang menjadi hak-Nya dan mengosongkan hatinya hanya untuk Allâh kecuali dia terlepas dari kesalahan-kesalahannya seperti pada hari ia dilahirkan dari perut ibunya.[Muttafaqun ’alaihi]. Dalam hadits lain Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ ثُمَّ يُصَلِّي الصَّلَاةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي تَلِيهَا Tidaklah seorang muslim berwudhu lalu ia menyempurnakan wudhunya dan melaksanakan shalat, kecuali Allâh akan mengampuni dosa-dosa yang dilakukannnya antara shalat yang dia kerjakan itu sampai dengan shalat berikutnya. [Muttafaqun ’alaihi]. Amalan lain yang juga bisa menjadi penghapus dosa adalah langkah seorang Muslim menuju masjid. Jadi menyempurnakan wudhu’ dalam segala kondisi, langkah menuju masjid, dan menunggu waktu shalat dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat juga akan dido’akan oleh para malaikat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَ يَنْتَظِرُهَا ، وَلاَ تَزَالُ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي الْمَسْجِدِ : اللهم اغفرْ له ، اللهمَّ ارْحَمْه ، ما لم يُحْدِثْ Senantiasa salah seorang dari kalian terhitung dalam keadaan shalat selama ia menunggunya, dan senantiasa para malaikat mendo’akan salah seorang diantara kalian selama dia masih berada dalam masjid, “Ya Allâh ampunilah dia ! Ya Allâh sayangilah ia ! Selama ia tidak berhadats (dalam keadaan suci) Apa yang disebutkan di atas merupakan bukti kasih sayang Allâh kepada para hamba-Nya. Dan itu baru sebagian amalan yang mengawali ibadah shalat yang rutin dilakukan oleh setiap Muslim. Ada lagi amalan yang bisa menghapuskan dosa dan ini termasuk bagian dari praktik ibadah shalat itu sendiri yaitu mengamini bacaan al-Fatihah imam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ، فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Apabila imam mengucapkan amiin, maka ucapkanlah amin ! Karena barangsiapa yang aminnya bersamaan dengan aminnya malaikat, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Muttafaqun’alaihi]. Dan masih banyak amalan dalam shalat yang bisa menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Adapun amalan-amalan setelah shalat yang juga menghapuskan dosa, dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya : مَنْ سَبَّحَ اَللَّهَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَحَمِدَ اَللَّهِ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَكَبَّرَ اَللَّهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , فَتِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ , وَقَالَ تَمَامَ اَلْمِائَةِ : لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ , غُفِرَتْ لَهُ خَطَايَاهُ , وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ اَلْبَحْرِ Barangsiapa bertasbih setelah shalat 33x, bertahmîd (membaca alhamdulillâh) 33 x, dan bertakbîr (membaca Allâhu Akbar) 33x maka semuanya berjumlah 99 dan apabila ia menggenapkannya hingga menjadi 100 dengan mengucapkan : لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dosa-dosanya itu sebanyak buih dilautan. [HR. Muslim] Itulah diantara amalan harian yang biasa dilakukan oleh setiap Muslim. Amalan-amalan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang beriman. Karena siapapun orangnya, mesti dia tidak akan lepas dari perbuatan dosa. Dengan amalan-amalan ini, kita sangat berharap kepada Allâh Azza wa Jalla agar berkenan mengampuni dosa-dosa kita yang telah lewat dan berkenan terus-terus memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

berhati berhati lah dengan dukun putih...

Segala Puji hanya milik Alloh, kita memuji-Nya,meminta pertolongan dan mohon ampunankepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allohdari kejelekan-kejelekan jiwa kita, dan keburukan-keburukan amalan kita. Barang siapa yang diberipetunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang mampumenyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.Dan aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhakuntuk disembah kecuali Alloh dan aku bersaksi bahwaMuhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya. “ Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepadaAlloh dengan sebenar-benar takwa dan janganlahsekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaanIslam” (QS. Ali Imron:102)“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya; dan dari keduanya Alloh memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu dengan yang lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu ”. (QS. An-Nisa: 1). Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amalan- amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar ”. (QS: Al-Ahzab: 70-71) Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalahKitab Alloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shollallohu alaihi was sallam danseburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan.Dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan di neraka Awas… jangan terkecoh … hati hatilah dengan dukun putih Wahai saudaraku waspadalah terhadap dukun dan tukang tukang sihir di manapun mereka berada, dan apapun penampilan mereka apakah ia datang dengan jubah dan gamis putih di bungkus dengan serban panjang dan membawa tasbih di tangan nya, atau mungkin sebaliknya ia datang dengan penampilan menyeramkan dan menakutkan, karena mereka adalah antek antek iblis dan setan, dan mereka adalah sumber kejahatan sehingga tidaklah sebuah daerah kemudian di dalamnya ada satu dukun atau tukang sihirnya maka ia akan membawa kerusakan di dalamnya. Allah ta'ala berfirman: قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,” (Al-falaq ayat 1-2) Berkata Syaikh Muhammad Al Imam hafidzahullah tentang ayat ini: “Telah menafsirkan para ulama tentang ayat ini bahwa yang dimaksud adalah Iblis dan anak cucunya.Ayat ini mengandung permintaan perlindungan pada semua kejelekan,dan semua kejelekan sumbernya adalah mereka pertama kalinya.” (Inqodhul Muslimin hal 10) Perbedaan dukun hitam dan dukun putih Dukun hitam semua telah banyak mengenalnya akan tetapi dukun putih semua terkecoh dengannya padahal dukun putih adalah jelmaan dukun hitam yang menyamar seolah olah apa yang ia lakukan adalah kebaikan bukan sebuah penyimpangan atau kesyirikan, padahal sama saja bahkan mungkin lebih parah dari pada dukun hitam, karena manusia akan mudah di sesat kannya. Berkata sebagian ulama: keburukan apabila di tampakan seratus% kepada manusia maka sudah barang tentu manusia akan menolaknya akan tetapi jika keburukan tersebut di campur adukan dengan kebaikan sehingga manusia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk maka manusia akan mudah tertipu dengannya dan terjerumus di dalamnya. Ciri ciri dukun putih 1. Berpakaian sangat rapih seolah olah seorang ustadz atau pak kia’i dengan menggunakan pakaian serba putih, seperti berjubah, bergamis, berserban dll. 2. Menggunakan ayat suci al-qur’an sebagai mantra mantranya, akan tetapi bukan bermaksud untuk memuliakan al-qur’an sebagai kitab yang suci, tetapi sebaliknya untuk di hinakan. 3. Selalu berdzikir dan menyuruh pasiennya untuk berdzikir pula dengan jumlah tertentu seperti sekian ratus atau ribu, yang sebenarnya sama sekali tidak terdapat dalam tuntunan Rasullullah. Seperti contohnya membaca Asma Allah “Al-Quddus” 170 x di dalam kamar seusai sholat fardhu 4. Memberikan pantangan-pantangan yang berhubungan dengan agama, seperti jangan tinggalkan shalat lima waktu, jangan berjudi, jangan mabuk-mabukan, dll. 5. Bersenjatakan tasbih. Rajahnya bertuliskan huruf-huruf hijaiyah. Lafal Manteranya di campur dengan bacaan Arabnya. ciri ciri dukun hitam Adapun ciri ciri dukun hitam adalah kebalikan dari dukun putih yaitu: 1. Berpenampilan seram, menakutkan, berpakaian serba hitam, 2. suka tempat gelap, serta akrab dengan batu akik dan kemenyan. 3. Menggunakan mantra mantra dengan bahasa yang tidak di pahami kecuali oleh dirinya sendiri. 4. Menyuruh pasiennya untuk menyembelih binatang sebagai syarat tumbal kepada jin. 5. Menyuruh pasiennya untuk berbuat maksiat seperti membunuh, berzinah, dll. 6. Menistakan agama seperti melumuri ayat ayat al qur’an dengan benda benda najis dan kotoran kotoran. 7. Bersenjatakan jimat pusaka, susuk, sesaji, Kemenyan, rajah rajah, mantera mantra dll sebagaimana yang telah di jelaskan. Dan banyak lagi ciri cirinya sebagai mana yang ma’ruf di ketahui oleh kita semua. Salah kaprah menilai dukun atau bukan dukun Umumnya masyarakat kita adalah masyarakat yang sangat mudah tertipu dengan penampilan, sampai tidak bisa membedakan mana dukun dan mana yang bukan dukun, atau mana dukun yang benar benar dukun atau dukun yang berlagak ustadz atau pak kia’i. Padahal, mengukur dukun atau bukan dari seseorang bukan semata-mata dari sisi pakaian, karena setan bisa saja menghiasi dukun sakti dengan pakaian ustadz atau jubah kebesaran ulama. Karenanya para ulama telah memperingatkan umatnya agar hati hati terhadap mereka. Seorang tabi'in yang bernama Laits bin Sa'ad mengatakan, "Jika kalian menyaksikan seseorang bisa berjalan di atas air, janganlah terpedaya dengannya hingga kalian cocokkan keadaannya dengan Al Qur'an dan As-Sunnah." Ketika ucapan ini sampai ke telinga Imam Asy-Syafi'i, beliau berkomentar, "Bukan hanya itu semoga Allah merahmati beliau (Laits) bahkan seandainya kalian melihat seseorang bisa berjalan di atas bara api atau melayang di udara, maka janganlah terkecoh olehnya hingga kalian cocokkan keadaannya dengan Al Qur'an dan As-Sunnah." Beliau juga berkata, "Jika kalian melihat ada orang yang bisa berjalan di atas air dan terbang di udara sedangkan dia menyelisihi sunnah, maka ketahuilah (kesaktian) itu berasal dari setan." Walhasil, jika dengan melakukan ritual-ritual tertentu, seperti menyepi dan semedi, berendam di air, puasa bid'ah dan syirik, ruwatan, dan jenis-jenis ritual lainnya seseorang bisa menjadi sakti, maka jangan terpedaya, kesaktian itu datangnya dari setan walaupun penampilannya seperti pak ustadz atau pak kia’i. Hukum mendatangi dukun putih Dalam pandangan syariat mendatangi dukun putih sama dengan mendatangi dukun hitam tidak ada bedanya, karena sama sama dukun dan sama sama penyembah setan, dan Sudah sangat jelas bagi kita bahwa hukum perdukunan adalah kekufuran dan syaikhul islam ibnu taimiyyah menukilkan ijma’ bahwa orang yang mengabdikan diri kepada setan untuk praktek perdukunannya seperti sihir dan yang lainnya maka ia telah kafir tehadap Allah ta’ala dan ini adalah pendapat abu hanifah, imam malik, ahmad, bukhori dan yang lainnya. Bila di rincikan maka mendatangi dukun di sesuaikan dengan maksud kedatangannya hal ini sebagai mana di perinci oleh syaikh ibnu utsaimin di antaranya: Pertama: ia datang kepada dukun untuk bertanya tanpa mempercayainya. Ini hukumnya haram dan hukuman bagi pelakunya bahwa shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari, sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim, مَنْ أَتَى عَرَّافاً فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً “Barang siapa mendatangi ‘Arrof (peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari”. { HR Muslim} Kedua: ia datang kepada dukun, lalu bertanya dan mempercayai ucapannya. Maka ini adalah kafir kepada Allah, karena mempercayai pengakuannya terhadap ilmu gaib, dan mempercayai manusia dalam pengakuan mengetahui yang gaib termasuk mendustakan firman Allah: “Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", (QS. an-Naml:65) Karena inilah disebutkan dalam hadits shahih: مَنْ أَتَى كَاهِناً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ Barang siapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang yang ia katakan maka sungguh telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad sholallohu alaihi wasalam » ( HR Abu Dawud ) Dalam riwayat yang lain: مَنْ أَتَى عَرَّافاً أَوْ كَاهِناً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap yang diturunkan kepada Muhammad sholallohu alaihi wassalam. (Dikeluarkan oleh empat ahlu Sunan (Nasa’i, Turmudzi, Abu Daud dan Ibnu Majah) dan dishohihkan oleh Hakim) Ketiga: ia datang kepada dukun lalu bertanya kepadanya untuk menampakan keadaannya yang sebenarnya kepada manusia dan sesungguhnya ia adalah dukun,penipu dan menyesatkan, maka ini tidak apa-apa, dalilnya adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Ibnu Syayyad, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dalam dirinya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya apakah yang saya sembunyikan? Ia menjawab: 'Dukh dukh: maksudnya asap, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyembunyikan surat dukhon Maka Nabi bersabda: 'Diamlah, maka engkau tidak akan melewati taqdirmu." Maksudnya bahwa eangkau adalah salah satu dari kawan dukun (kahin) (Fatwa Syaikh Ibn Utsaimin – al-Majmu' ats-Tsamin 2/137, 137) Rahasia penistaan para perdukunan, dan sahir terhadap kesucian agama Syeikh Wahid Abdus Salaam Bali mengungkapkan rahasia sebagian tukang sihir dan dukun dalam kitabnya " 'ash-shaarimul battar fii tashaddi lis saharatil asyraar". sebagian cara dukun melakukan prakteknya, yakni : § Thariqatul iqsam (bersumpah atas nama jin atau syaitan) Tukang sihir masuk ke dalam kamar gelap kemudian menyalakan api dan meletakkan sejenis dupa atau kemenyan di atas api tersebut, sesuai dengan yang diinginkan. Jika ia ingin menceraikan, menimbulkan permusuhan dan kebencian atau yang sejenisnya maka ia harus meletakkan kemenyan yang berbau tidak enak. Jika ia ingin menimbulkan rasa cinta atau melepas ikatan (seorang suami yang terikat oleh sihir sehingga tidak bisa menggauli istrinya), atau membuang sihir maka harus diletakkan kemenyan yang berbau harum. Kemudian tukang sihir memulai membaca mantera kesyirikan yang mengandung sumpah kepada jin atas nama pemimpin mereka dan meminta kepada mereka dengan menyebut nama pemimpin lainnya , serta serta mengagungkan tokoh tokoh jin dll. Setelah membaca mantera maka akan muncul bayangan berbentuk anjing, ular, atau bentuk lainnya kemudian tukang sihir memerintahkan untuk melakukan apa yang diinginkannya. § Thariqatudz dzabhi (memotong sesembelihan) Tukang sihir mendatangkan seekor burung, binatang ,ayam, burung dara atau yang lain dengan sifat-sifat tertentu sesuai dengan permintaan jin, biasanya berwarna hitam karena jin mengutamakan warna hitam, kemudian menyembelihnya tanpa menyebut nama Allah, sembelihan itu dilemparkan ke tempat-tempat tinggal jin kemudian kembali ke rumahnya untuk mengucapkan mantera kemusyrikan dan memerintahkan jin sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam cara ini terdapat dua hal kesyirikan yakni menyembelih untuk jin dan mengucapkan mantera kesyirikan untuk menghadirkan jin. "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah" (HR.Muslim) "sesungguhnya mantera-mantera, jimat dan pellet adalah kesyirikan" (HR.Abu Dawud) § Thariqah sufliyah (melakukan penistaan) Dukun yang menempuh cara ini mempunyai sejumlah pembesar setan yang siap menjadi khadam dan melaksanakan perintahnya, karena tukang sihir ini telah melakukan kekafiran dan kemusyrikan yang keji. Semoga Allah Melaknatinya. Seperti berdiri dengan menjadikan al-qur'an sebagai sepatunya kemudian masuk ke dalam WC dan di dalam WC inilah dia membaca mantra lalu keluar dan duduk di kamar dan memerintahkan jin untuk hal-hal yang dia kehendaki. Para jin pun segera mentaatinya dan melaksanakan perintah-perintahnya. Jin-jin itu demikian taat kepadanya karena dia telah kafir kepada Allah dan telah menjadi salah seorang saudara setan. Tukang sihir yang menempuh cara ini disyaratkan harus melakukan sejumlah dosa besar seperti zina, mencela agama, homoseksual, dan perbuatan lainnya yang diharamkan agar meraih ridhonya setan. § Thariqatun najasah (menulis ayat-ayat al-quran dengan najis) Di dalam cara ini tukang sihir menulis salah satu surat al-qur'an dengan menggunakan darah haid atau benda najis lainnya. Kemudian mengucapkan mantra kemusyrikan hingga datang jin yang diinginkan lalu diperintahkan untuk yang dikehendakinya. § Thariqatut tankis (menulis ayat-ayat al-qur'an dengan sungsang/terbalik) Di dalam cara ini tukang sihir menulis salah satu surat al-qur'an dengan huruf-huruf terpisah secara sungsang, yakni dari belakang ke depan kemudian mengucapkan jimat-jimat kemusyrikan sampai jin yang diinginkan datang untuk memerintahkan. § Thariqatut tanjin (menyembah bintang) Cara ini dikenal dengan nama Ar-rashdu (mengintai bintang), karena tukang sihir menunggu-nunggu munculnya bintang tertentu kemudian berbicara kepadanya dengan bacaan-bacaan sihir. Lalu membaca mantera mantera lain yang mengandung kemusyrikan dan kekafiran kepada Allah. Setelah itu melakukan beberapa gerakan-konon gerakan gerakan ini menurut mereka untuk menurunkan spiritualitas ibadah kepada bintang, sekalipun orang yang menujum tidak menyadarinya. Ini merupakan ibadah dan pengagungan kepada selain Allah. Setelah itu setan setan akan memenuhi perintah tukang sihir itu. § Thariqatul kaffi (melihat melalui telapak tangan ) Tukang sihir menghadirkan anaka kecil yang belum baligh dengan syarat dalam keadaan tidak berwudhu. Kemudian mengambil telapak tangan kiri anak tersebut lalu menggambar segi empat di atasnya.Dari segi empat ini ditulis mantera-mantera sihir yang mengandung kemusyrikan. Yang tak lama kemudian di anak akan merasakan seolah olah menjadi terang dan melihat beberapa gambar yang bergerakgerak ditelapak tangannya. Lalu tukang sihir itu berkata katakana padanya bahwa sang dukun memerintahkan ini dan itu, kemudian gambar itu bergerak sesuai perintah. Biasanya cara ini digunakan untuk mencari sesuatu yang hilang. § Thariqatul atsar(memanfaatkan benda bekas pakai) Dalam cara ini dukun meminta dari penderita sebagian benda bekas pakaiannya seperti sapu tangan, sorban, baju atau benda apa saja yang mengandung bau keringat penderita. Kemudian mengikat sapu tangan tersebut dari ujungnya lalu diukur sepanjang empat jari dan sapu tangan itu dipegang kuat kuat seraya dibacakan surat at-takatsuf atau surat pendek lainnya dengan suara keras lalu dilanjutkan dengan mantera mantera kemusyrikan yang dibaca dengan suara lirih (tidak terdengar) kemudian dukun memanggil jin dan berkata " jika penyakitnya disebabkan oleh jin maka hendaklah kalian memendekkannya(sapu tangan tersebut) jika penyakitnya gangguan mata (dengki); maka hendaklah kalian memanjangkannya, jika penyakitnya berkenaan dengan medis maka hendaklah kalian membiarkannya sebagaimana adanya. Kemudian saputangan itu diukur lagi, jika didapati telah memanjang hingga lebih dari empat jari, maka tukang sihir itu memberikan bahwa pasien terkena gangguan mata(dengki) jika didapatinay telah menjadi pendek maka tukang sihir itu memberitahukan bahwa pasien diganggu jin dan jika didapatinya sebagaimana semula maka tukang sihir itu memberitahukan bahwa pasien tidak apa apa, hendaknya pergi ke dokter. Intinya dari cara di atas semua adalah bagaimana para dukun melakukan kesyirikan dan kekafiran demi terjalinnya hubungan antara mereka dengan setan. Catatan: Akan tetapi tidak selalu ikatan ini diawali dengan ritual dan proses pencarian dari dukun. Bisa jadi jin yang melakukan tawaran terlebih dahulu. Bisa lewat mimpi, bisikan, atau bahkan alih rupa dan menampakkan diri. Intinya terhadap orang yang sengaja mencari, maka jin akan pasang tariff, pasang syarat tinggi-tinggi. Tapi bagi orang yang tidak mencari, maka setan akan menawarkan diri untuk membantunya. Tapi ujung ujungnya juga sama, jika tawaran itu direspon, setan akan meminta upah di belakang setelah menjebak orang yang telah ditolongnya agar mau mengabdikan hidupnya kepada setan. Seperti orang yang diajak berhaji oleh jin, lalu jin tidak mau mengantarkan pulang sebelum orang itu mau menyembah jin. Yang jelas tidak gratis. Karena tidaklah setan dan jin membantu manusia kecuali dia mengambil sesuatu yang lebih mahal dan berharga dari nilai bantuannya kepada manusia. Beberapa sebab jin mendatangi manusia selain yang biasa di lakukan para dukun 1. Membaca buku buku sihir, atau buku buku ramalan bintang sehingga ada sebagian orang yang jahil tidak mengetahu makna kalimat yang di bacanya, padahal apa yang sedang di bacanya atau di tulisnya merupakan pangilan untuk para jin. 2. Memanggil manggil nama jin dengan tujuan meminta perlindungan dari gangguannya di tempat tempat tertentu yang di anggap menyeramkan seperti kata kata wahai penghuni lembah ini jangan ganggu saya lewat dan semacamnya. 3. Memanggil jin karena sebuah kemarahan atau karena dendam kepada seseorang sebagaimana yang di lakukan sebagin manusia mengucapkan kaliamat “setan” dan yang sejenisnya. 4. Atau jin datang dalam mimpinya kemudian mengajak kerja sama dengannya dalam hal hal tertentu. Hukuman yang pantas bagi para dukun Hukuman bagi para dukun (tukang sihir, santen tenun dll.) telah jelas sebagai mana yang tertera dalam dalil-dalil yang shahih di akhirat mereka akan di masukan kedalam neraka jahannam karena kesyirikan yang mereka lakukan dan di dunia mereka terkena had bunuh lihatlah dalil-dalil berikut: Allah berfirman di dalam Al-Qur’an. وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), namun syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang Malaikat di negeri Babil; yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.' Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui." (Al-Baqarah: 102). Diriwayatkan dari Abu Hurairah (artinya), dari Rasulullah., beliau bersabda, "Jauhilah tujuh perkara muubiqaat (yang mendatangkan kebinasaan)." Para Sahabat bertanya, "Apa ketujuh perkara itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan syari'at, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan pertempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita Mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu-menahu dengannya." (HR Bukhari [2766] dan Muslim [89]). Diriwayatkan dari Abu 'Utsman an-Nahdi berkata (artinya), "Seorang tukang sihir memainkan sihirnya di hadapan Al-Walid bin 'Uqbah. Tukang sihir itu mengambil pedangnya dan menusukkannya ke tubuhnya, namun tidak melukainya. Lalu Jundab bangkit dan mengambil pedang itu lalu memenggal lehernya! Kemudian beliau membacakan sebuah ayat, 'Maka, apakah kamu menerima sihir ini, padahal kamu menyaksikannya'." (Al-Anbiyaa': 3). (HR Ad-Daruquthni [III/114], Baihaqi [VIII/136], Hakim [IV/361], Baihaqi [VIII/136], dan Tirmidzi [IV/60]). Diriwayatkan dari 'Amr bin Dinar, bahwa ia mendengar dari Bajalah berkata, "Umar bin Khaththab telah menetapkan perintah, yaitu, 'Bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun perempuan.' Bajalah berkata, 'Kami pun melaksanakan hukuman mati terhadap tiga tukang sihir perempuan'." (Abu Dawud [3043], Ahmad [I/190-191], dan Baihaqi [VIII/136]).

Penenang hati

Segala puji untuk Allah, Yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk dan obat bagi hamba-hamba yang beriman. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Imam orang-orang yang bertakwa, yang telah menguraikan ayat-ayat-Nya kepada segenap umatnya. Amma ba’du. Saudaraku, sudah menjadi tabiat manusia bahwa mereka menyukai sesuatu yang bisa menyenangkan hati dan menentramkan jiwa mereka. Oleh sebab itu, banyak orang rela mengorbankan waktunya, memeras otaknya, dan menguras tenaganya, atau bahkan kalau perlu mengeluarkan biaya yang tidak kecil jumlahnya demi meraih apa yang disebut sebagai kepuasan dan ketenangan jiwa. Namun, ada sebuah fenomena memprihatinkan yang sulit sekali dilepaskan dari upaya ini. Seringkali kita jumpai manusia memakai cara-cara yang dibenci oleh Allah demi mencapai keinginan mereka. Ada di antara mereka yang terjebak dalam jerat harta. Ada yang terjebak dalam jerat wanita. Ada yang terjebak dalam hiburan yang tidak halal. Ada pula yang terjebak dalam aksi-aksi brutal atau tindak kriminal. Apabila permasalahan ini kita cermati, ada satu faktor yang bisa ditengarai sebagai sumber utama munculnya itu semua. Hal itu tidak lain adalah karena manusia tidak lagi menemukan ketenangan dan kepuasan jiwa dengan berdzikir dan mengingat Rabb mereka. Padahal, Allah ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324) Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Dzikir merupakan sebuah kelezatan bagi hati orang-orang yang mengerti.” Demikian juga Malik bin Dinar mengatakan, “Tidaklah orang-orang yang merasakan kelezatan bisa merasakan sebagaimana kelezatan yang diraih dengan mengingat Allah.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 562). Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita adalah; mengapa banyak di antara kita yang tidak bisa merasakan kelezatan berdzikir sebagaimana yang digambarkan oleh para ulama salaf. Sehingga kita lebih menyukai menonton sepakbola daripada ikut pengajian, atau lebih suka menikmati telenovela daripada merenungkan ayat-ayat-Nya, atau lebih suka berkunjung ke lokasi wisata daripada memakmurkan rumah-Nya. Perhatikanlah ucapan Rabi’ bin Anas berikut ini, mungkin kita akan bisa menemukan jawabannya. Rabi’ bin Anas mengatakan sebuah ungkapan dari sebagian sahabatnya, “Tanda cinta kepada Allah adalah banyak berdzikir/mengingat kepada-Nya, karena sesungguhnya tidaklah kamu mencintai apa saja kecuali kamu pasti akan banyak-banyak menyebutnya.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 559). Ini artinya, semakin lemah rasa cinta kepada Allah dalam diri seseorang, maka semakin sedikit pula ‘kemampuannya’ untuk bisa mengingat Allah ta’ala. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan kondisi batin kita yang begitu memprihatinkan, walaupun kondisi lahiriyahnya tampak baik-baik saja. Aduhai, betapa sedikit orang yang memperhatikannya! Ternyata, inilah yang selama ini hilang dan menipis dalam diri kita; yaitu rasa cinta kepada Allah… Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya. Bahkan, itulah hakekat dari ibadah. Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.” (al-Qaul as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95) Kalau demikian keadaannya, maka solusi untuk bisa menggapai ketenangan jiwa melalui dzikir adalah dengan menumbuhkan dan menguatkan rasa cinta kepada Allah. Dan satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan mengenal Allah melalui keagungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya dan memperhatikan kebesaran ayat-ayat-Nya, yang tertera di dalam al-Qur’an ataupun yang berwujud makhluk ciptaan-Nya. Syaikh Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya rasa cinta kepada sesuatu merupakan cabang dari pengenalan terhadapnya. Maka manusia yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling cinta kepada-Nya. Dan setiap orang yang mengenal Allah pastilah akan mencintai-Nya. Dan tidak ada jalan untuk menggapai ma’rifat ini kecuali melalui pintu ilmu mengenai nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Tidak akan kokoh ma’rifat seorang hamba terhadap Allah kecuali dengan berupaya mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang disebutkan di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah…” (Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid al-Asma’ wa as-Shifat, hal. 16) Hati seorang hamba akan menjadi hidup, diliputi dengan kenikmatan dan ketentraman apabila hati tersebut adalah hati yang senantiasa mengenal Allah, yang pada akhirnya membuahkan rasa cinta kepada Allah lebih di atas segala-galanya (lihat Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid al-Asma’ wa as-Shifat, hal. 21). Di sisi yang lain, kelezatan di akherat yang diperoleh seorang hamba kelak adalah tatkala melihat wajah-Nya. Sementara hal itu tidak akan bisa diperolehnya kecuali setelah merasakan kelezatan paling agung di dunia, yaitu dengan mengenal Allah dan mencintai-Nya, dan inilah yang dimaksud dengan surga dunia yang akan senantiasa menyejukkan hati hamba-hamba-Nya (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 261) Banyak orang yang tertipu oleh dunia dengan segala kesenangan yang ditawarkannya sehingga hal itu melupakan mereka dari mengingat Rabb yang menganugerahkan nikmat kepada mereka. Hal itu bermula, tatkala kecintaan kepada dunia telah meresap ke dalam relung-relung hatinya. Tanpa terasa, kecintaan kepada Allah sedikit demi sedikit luntur dan lenyap. Terlebih lagi ‘didukung’ suasana sekitar yang jauh dari siraman petunjuk al-Qur’an, apatah lagi pengenalan terhadap keagungan nama-nama dan sifat-Nya. Maka semakin jauhlah sosok seorang hamba yang lemah itu dari lingkaran hidayah Rabbnya. Sholat terasa hampa, berdzikir tinggal gerakan lidah tanpa makna, dan al-Qur’an pun teronggok berdebu tak tersentuh tangannya. Wahai saudaraku… apakah yang kau cari dalam hidup ini? Kalau engkau mencari kebahagiaan, maka ingatlah bahwa kebahagiaan yang sejati tidak akan pernah didapatkan kecuali bersama-Nya dan dengan senantiasa mengingat-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17). Allah juga berfirman mengenai seruan seorang rasul yang sangat menghendaki kebaikan bagi kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39) (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 260) Apabila engkau menangis karena ludesnya hartamu, atau karena hilangnya jabatanmu, atau karena orang yang pergi meninggalkanmu, maka sekaranglah saatnya engkau menangisi rusaknya hatimu… Allahul musta’aan wa ‘alaihit tuklaan.

Rabu, 01 Juni 2016

yang muda yang berprestasi..

Cita-cita kita harus mulia. Harapan dan permohonan kita kepada yang Maha Kuasa pun harus yang tertinggi. Keinginan kita tidak bersifat sementara dan pendek—tidak hanya sebatas dalam kehidupan dunia. Di sana, nun jauh di sana, ada satu kampung kebahagian nan penuh kelezatan. Kekal abadi selama-lamanya. Di dalamnya terdapat kesempurnaan nikmat yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, bahkan tidak sekalipun terbetik di dalam hati kita. Sebab di kampung tersebut ada berlipat ganda kenikmatan, melebihi kenikmatan yang pernah kita rasakan atau yang pernah kita angan-angankan selama hidup di alam dunia ini. Di dalam surga, kampung abadi itu penghuninya selalu muda, tidak akan menginjak usia tua, selamanya. Penghuninya selalu sehat. Tidak akan pernah merasakan sakit selamanya. Penghuninya selalu penuh kecukupan. Tidak ada yang kurang selamanya. Penghuninya selalu penuh kesenangan. Tidak ada kesibukan yang melelahkan. Penghuninya dalam kehidupan abadi, karena kematian akan “mati.” Kaum muda yang penuh semangat, Tentu selalu saja ada jalan menuju ke sana. Marilah mempersiapkan diri menyambut datangnya masa kebahagian sejak usia muda. Marilah memilih dan menempatkan diri kita pada salah satu golongan yang akan memperoleh naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naunganNya. Golongan-golongan tersebut adalah [1] seorang pemimpin yang adil; [2] seorang pemuda yang tumbuh berkembang di dalam beribadah kepada Allah; [3] seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan masjid; [4] dua orang hamba yang saling mencintai karena Allah—berpisah dan bertemu karenaNya; [5] seorang hamba yang digoda oleh wanita cantik dan terpandang, lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”; [6] seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas—sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya; [7] seorang hamba yang mencari tempat sunyi untuk mengingat Allah, lalu kedua matanya mencucurkan air mata. Sejarah telah terbentang di hadapan kita. Dalam setiap langkah perjuangan dakwah, kaum mudalah yang menempati barisan terdepan. Mereka adalah anak-anak muda yang siap berkorban dan menghadapi segala tantangan dengan dada dan langkah yang gagah. Imam ahli tafsir terkemuka, Ibnu Katsir namanya, berkata, “Allah menyebutkan bahwa mereka adalah fityahi, kaum muda. Sebab kaum muda lebih mudah untuk menerima al haq dan lebih cepat menerima hidayah dibandingkan kaum tua [kaum yang telah lama hidup dan ternoda kebatilan]. Oleh sebab itu, yang terbanyak menyambut seruan Allah dan rasulNya adalah kaum muda. Adapun golongan tua dari suku Quraisy, mereka tetap berjalan di atas agama nenek-moyangnya dan tidak ada yang masuk Islam dari golongan tua melainkan dalam jumlah yang sedikit.” Marilah menempa diri dan jiwa kita menjadi anak muda semisal Nabi Ibrahim. Anak muda yang begitu berani dan tegar menyuarakan tauhid dan menentang kesyirikan kaumnya. Tidak ada yang ditakuti. Tidak ada pula yang membuatnya gentar. Bahkan, saat akan dilemparkan ke dalam nyala api membara, ia tetap mengucapkan, “Hasbiyallahu wa ni’mal wakil.” Ibrahim adalah pemuda yang memiliki ketenangan di dalam pencarian al haq. Begitu tenang saat menghadapi sang raja di dalam kesempatan adu argumentasi, demi mempertahankan akidah dan keyakinan yang haq. Ibrahim adalah pemuda yang memiliki kesabaran tinggi. Dilandaskan hikmah dan cinta kasih. Ia mengajak ayahanda untuk berserah diri kepada Allah, dengan cara yang dipenuhi kelembutan dan kasih sayang. Atau, telah siapkah kita menjadi seorang pemuda seperti Ismail, putra terkasih Nabi Ibrahim: seorang pemuda yang tumbuh subur dan kuat di dalam raganya untuk menjadi hamba yang taat dan tunduk kepada perintah Allah bagaimana pun beratnya? Ismail adalah pemuda yang dengan lantang dan tegar mengambil sikap atas permintaan ayahnya, “Wahai anakku, aku telah bermimpi, aku menyembelihmu. Bagaimanakah pendapatmu?”. Sebab mimpi seorang nabi pasti benar dan wahyu. Anak muda yang bernama Ismail itu menjawab di atas keyakinan, “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan menemukanku sebagai bagian dari kaum yang bersabar.” Subhanallah. Atau, mampukah kita berpendirian dengan sabar dalam menghadapi godaan syahwat seperti Nabi Yusuf: seorang anak muda yang menjadi teladan kaum muda setelahnya? Berpisah dengan orang tua dan kerabat, diperjual-belikan sebagai seorang budak sahaya, digoda dan dirayu untuk tunduk kepada seorang wanita cantik lagi memiliki kedudukan. Semuanya telah disiapkan serapi dan serahasia mungkin, namun Yusuf berpaling dan menolaknya. Atau, tidakkah terbesit di dalam semangat kita untuk menjadi seorang pemuda semacam Abdullah bin Abbas: seorang pemuda yang giat dan tekun dalam olah ilmu agama? Ia meninggalkan lingkungan kehidupan muda dan menggantinya dengan berpindah dari satu rumah sahabat nabi ke rumah sahabat nabi lainnya untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi. Bahkan pernah suatu waktu beliau tertidur di depan pintu rumah seorang sahabat hanya untuk bersabar menanti sang sahabat keluar dan memperoleh sebuah riwayat hadits. Seharusnya kata-kata Ibnu Abbas menggoncangkan dada kita, “Akulah yang seharusnya datang menemui anda”, saat sahabat tersebut mengatakan, “Kenapa anda, wahai anak paman Rasulullah, tidak menyuruh seseorang kepadaku? Akulah yang akan menemuimu.” Atau, engkau, wahai sahabat muda, hendak mencontoh Zaid bin Tsabit: seorang anak muda yang ditunjuk oleh Khalifah Abu Bakr Ash Shidiq untuk mengumpulkan dan menghimpun ayat-ayat Al Qur-an menjadi satu, sebuah tugas berat yang berakhir dengan keberhasilan. Tugas yang dilaksanakan dengan baik oleh Zaid bin Tsabit, padahal saat ia menerimanya, Zaid mengatakan, “Demi Allah, seandainya aku ditugaskan untuk memindahkan gunung besar, itu bagiku masih lebih ringan daripada mengumpulkan ayat-ayat Al Qur-an menjadi satu.” Atau, kita bisa seperti Usamah bin Zaid: seorang pemuda yang belum genap berusia 20 tahun dan telah dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi seorang panglima perang. Padahal di tengah-tengah pasukan tersebut terdiri dari kalangan sahabat yang turut dalam perang Badar—sahabat-sahabat tua dan senior. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami dan sahabat-sahabat kami—kaum muda di masa ini—kaum muda yang cinta beragama, cinta kepada Allah dan Rasulullah. Berikanlah kami kesempatan untuk menjadi bagian terdepan dalam barisan pembela agamaMu dan nabiMu.

bahagia menyambut bulan ramadhan....

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Terdapat satu hadis yang sangat terkenal dan banyak dikutip para khatib ketika kultum awal-awal ramadhan. Hadis itu menyatakan, مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ ”Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.” Banyak penceramah begitu antusias menyampaikan hadis ini, tanpa tahu dari mana sebenarnya teks ini berasal. Anda bisa perhatikan, hampir tidak ada penceramah yang menyampaikan sumber dan rujukan seusai mengutip hadis ini. Karena memang hadis ini tidak dijumpai di kitab-kitab hadis. Prof. KH. Ali Musthafa Ya’qub MA, dalam bukunya, Hadits-hadits Bermasalah di Bulan Ramadhan, menuliskan bahwa hadis dengan teks seperti di atas itu terdapat dalam kitab Durrotun Nashihin, karya Utsman bin Hasan al-Khubawi. Kitab ini tergolong kitab favorit para kiyai, guru ngaji, para ustadz, terutama mereka yang kurang peduli dengan keotentikan hadis. Karena dalam kitab ini, terdapat sangat banyak hadis yang bombastis. Cerita masalah ghaib yang mendetail, amal-amal kecil, sederhana, namun dihargai dengan balasan yang sangat besar, dan berlipat ganda. Hanya saja, para ahli hadis menilai kitab ini sebagai kitab bermasalah. Pasalnya, kitab ini selain dipenuhi dengan hadis dhaif dan palsu (maudhu’), kitab ini juga dipenuhi hadis yang statusnya laa ashla lahu (tidak ada sumbernya). Derajat hadis laa ashla lahu jauh lebih parah dari pada hadis palsu. Karena hadis dengan status semacam ini, tidak memiliki sanad dan sama sekali tidak ada sumber kitab hadis yang mencantumkannya. Berbeda dengan hadis palsu, hadis ini masih memiliki sanad. Hanya saja, dalam sanadnya terdapat perawi pendusta, sehingga status hadisnya palsu. Ringkasnya, hadis ini tidak perlu dihiraukan, karena sama sekali bukan hadis. Ceramah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أتاكم رمضان شهر مبارك. فرض الله عز وجل عليكم صيامه، تفتح فيه أبواب السماء، وتغلق فيه أبواب الجحيم، وتغلّ فيه مردة الشياطين، لله فيه ليلة خير من ألف شهر، من حرم خيرها فقد حرم Telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan. (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Syaikh Abdullah al-Fauzan mengatakan, في هذا الحديث بشارة لعباد الله الصالحين بقدوم شهر رمضان المبارك، لأن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر الصحابة – رضي الله عنهم – بقدومه، وليس هذا إخباراً مجرداً بل معناه بشارتهم بموسم عظيم، يقدره حقّ قدره الصالحون المشمرون، لأنه بين فيه ما هيأ الله لعباده من أسباب المغفرة والرضوان وهي أسباب كثيرة، فمن فاتته المغفرة في رمضان فهو محروم غاية الحرمان. Dalam hadis ini terdapat kabar gembira bagi para hamba Allah yang sholeh dengan datangnya bulan ramadhan yang diberkahi. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada para sahabat akan kedatangan ramadhan. Dan ini bukan hanya berita semata, namun maknanya adalah kabar gembira bagi mereka dengan adanya masa yang agung, yang selayaknya dimuliakan oleh orang-orang shaleh yang menyisingkan lengan untuk beramal. Karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa di bulan ramadhan, Allah telah siapkan banyak kebaikan bagi para hamba-Nya, berupa sebab untuk menggapai ampunan dan ridha-Nya. Sebab ini banyak sekali. Karena itu, siapa yang tidak mendapatkan ampunan di bulan ramadhan, berarti dia telah diharamkan untuk mendapatkan banyak kebaikan. (Ahadits Shiyam, Ahkam wa Adab, keterengan hadis ketiga). Hanya saja, sebagai catatan, dalam khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak menyampaikan adanya fadhilah tertentu bagi orang yang bergembira menyambut kedatangan ramadhan. Menambahkan adanya fadhilah tertentu tanpa dalil, tentu termasuk berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kita berlindung dari hal ini. Allahu a’lam.

Senin, 30 Mei 2016

pentingnya mengingat kematian

Belia, muda, maupun tua tidak ada yang tahu, mereka pun bisa merasakan kematian. Setahun yang silam, kita barangkali melihat saudara kita dalam keadaan sehat bugar, ia pun masih muda dan kuat. Namun hari ini ternyata ia telah pergi meninggalkan kita. Kita pun tahu, kita tidak tahu kapan maut menjemput kita. Entah besok, entah lusa, entah kapan. Namun kematian sobat kita, itu sudah cukup sebagai pengingat, penyadar dari kelalaian kita. Bahwa kita pun akan sama dengannya, akan kembali pada Allah. Dunia akan kita tinggalkan di belakang. Dunia hanya sebagai lahan mencari bekal. Alam akhiratlah tempat akhir kita. Sungguh kematian dari orang sekeliling kita banyak menyadarkan kita. Oleh karenanya, kita diperingatkan untuk banyak-banyak mengingat mati. Dan faedahnya amat banyak. Kami mengutarakan beberapa di antaranya kali ini. Dianjurkan untuk mengingat mati dan mempersiapkan diri menghadap kematian … Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia. عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ». Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani). Wahai diri ini yang lalai akan kematian, ingatlah faedah mengingat kematian … [1] Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. [2] Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه “Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani) [3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban. [4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه “Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani). [5] Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman, أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu. Nasehat ulama …. Abu Darda’ berkata, “Jika mengingat mati, maka anggaplah dirimu akan seperti orang-orang yang telah meninggalkanmu.” Yang menakjubkan pula dari Ar Robi’ bin Khutsaim … Ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah Ta’ala, رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ “(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100). Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, “Wahai Robi’, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)! Beramallah …” *** Tersadarkan diri ini setelah mendengar kematian sobat kami (Hangga Harsa) yang juga merupakan kakak tertua dari sahabat kami yang meninggal dunia di hari Jum’at hari penuh barokah, 5 Dzulqo’dah 1433 H. Semoga keadaan mati beliau adalah mati yang husnul khotimah karena diwafatkan pada hari yang penuh barokah yaitu hari Jum’at. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, merahmatinya, melindunginya, memaafkan segala kesalahannya, memuliakan tempat kembalinya, meluaskan alam kuburnya, membersihkan ia dengan air, salju, dan air yang sejuk, semoga Allah membersihkan ia dari segala kesalahan sebagaimana Dia telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, semoga Allah mengganti rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta mengganti keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang lebih baik, semoga Allah memasukkan ia ke dalam surga-Nya dan melindungi ia dari siksa kubur dan siksa api neraka

sikap kita terhadap akhir zaman

Mukaddimah Kita hidup di zaman fitnah yang begitu dahsyat melanda kaum muslimin. Bagaikan gelombang yang silih berganti datang menerpa pantai, begitu juga fitnah akhir zaman yang telah disebutkan Rasulullah-shallallahu ‘aliahi wa sallam- . Betapa tidak, fitnah syubuhat yang meluluh-lantahkan agama seorang muslim, dan fitnah syahawat yang menjerumuskannya ke dalam kubangan maksiat…begitu dahsyatnya menyambar-nyambar dan akan menjungkir balikkannya …seandainya Allah tidak menjaga dan memeliharanya. Zubair bin Adi, dia berkata:”kami datang menemui Anas bin malik mengadukan penderitaan yang kami dapati dari perlakuan Alhajjaj, maka beliau berkata: اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.رواه البخاري Sabarlah, sesungguhnya tidak akan datang pada kalian suatu zaman kecuali yang berikutnya lebih buruk dari yang sebelumnya hingga kalian bertemu dengan Rabb kalian, begitu yang kudengar dari Nabi Kalian-shallallahu ‘alaihi wa sallam.HR. Bukhari. Makna fitnah Fitnah secara bahasa artinya adalah ujian, di dalam Alquran, kata finah mengandung beberapa maknya, antara lain: 1. Syirik, Allah berfirman: وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ Dan perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah(kesyirikan) dan agama seluruhnya menjadi milik Allah. QS. Al-anfal: 39 يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ Mereka bertanya padamu tentang bulan haram, apa hukum berperang padanya, katakan: berperang padanya adalah perkara besar, sementara menghalangi(manusia) dari jalan Allah dan kufur padanya dan menghalangi (manusia) dari masjidil haram dan mengusir penduduknya darinya lebih besar di sisi Allah, dan fitnah(kekafiran) itu lebih besar dari memerangi mereka.QS: Albaqarah: 217. 2. Bermakna: siksaan, Allah berfirman: ذُوقُوا فِتْنَتَكُمْ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ maka rasakanlah siksaan kalian, inilah yang dahulu kalian minta menyegerakannya. QS.az-Zariyat: 14. إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa kaum mukminin dan mukminat kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab neraka jahannam dan bagi mereka azab yang membakar. QS: al-buruj: 10. 3. Bermakna ujian, Allah berfirman: وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً Dan kami akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai bentuk fitnah(ujian). QS: Al- Anbiya: 35.Allah juga berfirman: إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah(ujian) QS: at Taghabun:15. 4. bermakna bencana dan hukuman, Allah berfirman:” وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً Dan takutlah fitnah(bencana) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim diantara kalian saja secara khusus.QS.Al-Anfal:25. 5. Menghalangi manusia dari jalan Allah. Allah berfirman: Hadis-hadis Nabi tentang munculnya fitnah akhir zaman قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فِيهَا الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْل.رواه البخاري Sesungguhnya sebelum kedatangan hari kiamat akan ada hari-hari yang turun padanya kejahilan, dan ilmu diangkat, dan akan terjadi banyak alharaj yaitu pembunuhan.HR Bukhari. عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” يتقارب الزمان ويقبض العلم وتظهر الفتن ويلقى الشح ويكثر الهرج، وقالوا: ومالهرج يا رسول الله ؟ قال: القتل ” .رواه البخاري Dari Abu Hurairah-radhiallahu ‘anhu dia berkata: bersabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:” zaman menjadi dekat, ilmu dicabut, dan muncul berbagai fitnah, kekikiran meraja rela dan banyak terjadi alharaj (pembunuhan), mereka bertanya:” apa itu Haraj ya Rasulullah:?beliau menjawab:”yaitu pembunuhan. HR. Bukhari. Berkata Hudzaifah Ibnul Yaman: Suatu hari Umar bertanya:” أَيُّكُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ قُلْتُ أَنَا كَمَا قَالَهُ قَالَ إِنَّكَ عَلَيْهِ أَوْ عَلَيْهَا لَجَرِيءٌ قُلْتُ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ وَالنَّهْيُ قَالَ لَيْسَ هَذَا أُرِيدُ وَلَكِنْ الْفِتْنَةُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَا يَمُوجُ الْبَحْرُ قَالَ لَيْسَ عَلَيْكَ مِنْهَا بَأْسٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا قَالَ أَيُكْسَرُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ يُكْسَرُ قَالَ إِذًا لَا يُغْلَقَ أَبَدًا قُلْنَا أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ الْبَابَ قَالَ نَعَمْ كَمَا أَنَّ دُونَ الْغَدِ اللَّيْلَةَ إِنِّي حَدَّثْتُهُ بِحَدِيثٍ لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَ حُذَيْفَةَ فَأَمَرْنَا مَسْرُوقًا فَسَأَلَهُ فَقَالَ الْبَابُ عُمَر.رواه البخاري adakah diantara kalian yang menghafalkan Hadis Rasulullah tentag fitnah? Hudzaifah berkata: Saya hafal seperti apa yang disebutkan Nabi, Umar menjawab: sungguh kamu berani menjawabnya, bagaimana Beliau bersabda tentang hal itu?Aku menjawab: fitnah seseorang pada keluarga, anak-anak dan tetangganya, akan dapat dihapus dengan sholat, shadaqah dan amar ma’ruf( nahi mungkar) Umar berkata: bukan hal ini yang ku ingginkan, tetapi yang kumaksudkan adalah fitnah yang datang bagaikan gelombang lautan. Berkata hudzaifah: tidak ada masalah bagimu dengan fitnah tersebut- wahai amirul mukminin-, antaramu dan fitnah itu ada pintu yang terkunci. Umar bertanya: apakah kelak pintu itu dirusak atau dibuka, Hudzaifah berkata: tidak, tetapi pintu itu akan dirusak. Umar bertanya:’ sekiranya pintu itu dirusak maka tiadak akan dapat ditutup kembali? Hudzaifah berkata: ya benar.Berkata salah seorang perawi: kami segan bertanya pada Hudzaifah siapa yang dimaksud dengan “pintu “tersebut, maka kami meminta agar Masruq bertanya padanya siapakah yang dimaksudkan dengan pintu itu, maka Masruq bertanya pada Hudzaifah dan ia menjawab bahwa pintu fitnah itu adalah Umar. Kembali Masruq bertanya:apakah Umar mengetahui bahwa dialah pintu fitnah tersebut?dia menjawab: ya, sebagaimana dia mengetahui bahwa sebelum esok akan datang malam terlebih dahulu, karena aku telah memberitakannya dengan hadis yang tidak ada padanya kekeliruan”. HR. Bukhari. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ الْكَعْبَةِ قَالَ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ جَالِسٌ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ وَالنَّاسُ مُجْتَمِعُونَ عَلَيْهِ فَأَتَيْتُهُمْ فَجَلَسْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا فَمِنَّا مَنْ يُصْلِحُ خِبَاءَهُ وَمِنَّا مَنْ يَنْتَضِلُ وَمِنَّا مَنْ هُوَ فِي جَشَرِهِ إِذْ نَادَى مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ جَامِعَةً فَاجْتَمَعْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَإِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهَا وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلَاءٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَرفَدَنَوْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ لَهُ أَنْشُدُكَ اللَّهَ آنْتَ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَهْوَى إِلَى أُذُنَيْهِ وَقَلْبِهِ بِيَدَيْهِ وَقَالَ سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي فَقُلْتُ لَهُ هَذَا ابْنُ عَمِّكَ مُعَاوِيَةُ يَأْمُرُنَا أَنْ نَأْكُلَ أَمْوَالَنَا بَيْنَنَا بِالْبَاطِلِ وَنَقْتُلَ أَنْفُسَنَا وَاللَّهُ يَقُولُ{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا }قَالَ فَسَكَتَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ أَطِعْهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَاعْصِهِ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ .رواه مسلم Dari Abdurrahman bin Abd Rabbil ka bah, dia berkata: aku masuk ke dalam sebuah masjid, tiba-tiba kudapati Abdullah bi Amr bin al-Ash sedang duduk di bawah naungan Ka’bah ditengah tengah kerumunan manusia yang mengintarinya, maka aku pergi mendatangi mereka dan aku duduk mendekatinya, maka dia berkata: Dahulu kami pernah bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam suatu perjalanan, kamipun singgah di suatu tempat. Diantara kami ada yang memperbaiki tendanya dan ada juga yang berlatih memanah dan ada juga yang mengembalakan hewan tunggangannya, tiba-tiba dikumandangakan seruan oleh muazzin Rasulillah agar berkumpul untuk shalat, maka kami segera berkumpul bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-selepas itu beliau bersabda: sesungguhnya tidak pernah ada Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk memberitahukan umatnya atas segala kebaikan yang dia ketahui untuk mereka, dan memperingatkan mereka dengan segala keburukan yang dia ketahui untuk mereka, dan sesungguhya umat kalian ini dijadikan keselamatannya pada generasi awalnya dan akan datang menimpa generasi akhir uamt ini bencana dan perkara-perkara yang kalian ingkari.Akan datang fitnah yang saling melemahkan satu dengan yang lainnya..akan datang fitnah sehingga berkata seorang mukmin:” inilah fitnah yang membinasakanku, kemudian fitnah tersebut hilang…kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin: mungkin inilah..inilah (yang membinasakanku. Maka barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga…maka hendaklah dia mati tatkala ajal menjemputnya dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaklah dia mendatangi (mempergauli)manusia dengan baik sebagaimana yang dia ingginkan agar manusia berbuat yang serupa padanya, maka barang siapa yang telah membaiat seorang pemimpin dan memberikan padanya uluran tangan dan buah hatinya, maka hendaklah dia mematuhinya semampunya, jika ada yang lain inggin merebut kekuasaan darinya maka hendaklah kalian memenggal leher (memerangi) orang yang memberontak tersebut.Kemudia aku mendekatinya dan bertanya: aku bersumpah demi Allah,benarkah anda mendengarnya langsung dari Rasulullah? Maka dia menunjuk ke telinga dan dadanya sembari berkata: kedua telingku ini benar-benar mendengarnya dan hatiku memahaminya. Kemudian aku berkata padanya: lihatlah ini anak pamanmu Muawiyah dia memerintahkan kami untuk memakan harta antara kami dengan batil dan saling membunuh diri kami, padahal Allah berfirman:”Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian memakan har-harta kalian diantara kalian dengan jalan yang bati kecuali dengan jual dengan keridhoan antara kalian dan janganlah kalian bunuh diri-diri kalian sesungguhnya Allah begitu sayangnya terhadap kalian. Maka Abdullah diam beberapa saat dan kemudian berkata: taatilah dia dalam ketaatan kepada Allah dan jangan patuhi dia dalam maksiat kepada Allah. HR. Muslim. Sikap seorang muslim dalam menghadapai fitnah Pertama: menimba ilmu Fitnah akhir zaman begitu dahsyatnya, maka seorang mukmin tidak akan mampu menghadapinya kecuali dengan kekuatan ilmu dan persiapan matang menghadapinya. Kisah pemuda yang selamat dari fitnah Dajjal tatkala inggin membinasakannya adalah contoh suri tauladan bagi kita bahwa ilmu tentang sunnah lah yang menyelamatkannya. Ibnu Majah meriwayatkan dengan jalannya dari Abu Umamah Albahili, dia berkata:Suatu hari Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpidato kepada kami dan beliau banyak menceritakan perihal Dajjal dan mengingatkan kami darinya, dan diantara perkataanya: إِنَّهُ لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ اللَّهُ ذُرِّيَّةَ آدَمَ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلَّا حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ وَأَنَا آخِرُ الْأَنْبِيَاءِ وَأَنْتُمْ آخِرُ الْأُمَمِ وَهُوَ خَارِجٌ فِيكُمْ لَا مَحَالَةَ وَإِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا بَيْنَ ظَهْرَانَيْكُمْ فَأَنَا حَجِيجٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ وَإِنْ يَخْرُجْ مِنْ بَعْدِي فَكُلُّ امْرِئٍ حَجِيجُ نَفْسِهِ وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ خَلَّةٍ بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ فَيَعِيثُ يَمِينًا وَيَعِيثُ شِمَالًا يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا فَإِنِّي سَأَصِفُهُ لَكُمْ صِفَةً لَمْ يَصِفْهَا إِيَّاهُ نَبِيٌّ قَبْلِي إِنَّهُ يَبْدَأُ فَيَقُولُ أَنَا نَبِيٌّ وَلَا نَبِيَّ بَعْدِي ثُمَّ يُثَنِّي فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ وَلَا تَرَوْنَ رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوتُوا وَإِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَإِنَّهُ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ أَوْ غَيْرِ كَاتِبٍ وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنَّ مَعَهُ جَنَّةً وَنَارًا فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ فَمَنْ ابْتُلِيَ بِنَارِهِ فَلْيَسْتَغِثْ بِاللَّهِ وَلْيَقْرَأْ فَوَاتِحَ الْكَهْفِ فَتَكُونَ عَلَيْهِ بَرْدًا وَسَلَامًا كَمَا كَانَتْ النَّارُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنْ يَقُولَ لِأَعْرَابِيٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَبُّكَ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَتَمَثَّلُ لَهُ شَيْطَانَانِ فِي صُورَةِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَقُولَانِ يَا بُنَيَّ اتَّبِعْهُ فَإِنَّهُ رَبُّكَ وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنْ يُسَلَّطَ عَلَى نَفْسٍ وَاحِدَةٍ فَيَقْتُلَهَا وَيَنْشُرَهَا بِالْمِنْشَارِ حَتَّى يُلْقَى شِقَّتَيْنِ ثُمَّ يَقُولَ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا فَإِنِّي أَبْعَثُهُ الْآنَ ثُمَّ يَزْعُمُ أَنَّ لَهُ رَبًّا غَيْرِي فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ وَيَقُولُ لَهُ الْخَبِيثُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ وَأَنْتَ عَدُوُّ اللَّهِ أَنْتَ الدَّجَّالُ وَاللَّهِ مَا كُنْتُ بَعْدُ أَشَدَّ بَصِيرَةً بِكَ مِنِّي الْيَوْم.رواه ابن ماجه Sesungguhnya tidak ada fitnah di bumi sejak Allah sebarkan keturunan Adam yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal, dan sesungguhnya Allah tidaklah mengutus seorang Nabipn kecuali memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan aku adalah Nabi terakhir dan kalianlah umat terakhir, dan dia(Dajjal) akan keluar di masa kalian secara pasti, seandainya dia keluar diantara kalian sekarang maka aku aku akan menjadi pembela setiap muslim, tetapi jika dia keluar setelahku maka tiap muslim hendaklah membentengi dirinya masing-masing dan Allahlah penggantiku atas tiap muslim, dan sesungguhnya dia akan keluar dari sebuah tempat antara Syam dan Irak dan dia akan berjalan ke kiri dan kekanan, wahai hamba Allah hendaklah kalian tegar, sesungguhnya aku akan menceritakan pada kalian cirri-cirinya yang tidak pernah disebutkan oleh Nabi sebelumku. Dia akan mulai dengan mengklaim bahwa dirinya adalah Nabi-padahal tiada nabi setelahku-kemudian dakwaannya meningkat dengan mengatakan: akulah Tuhan kalian-padahal kalian tidak akan pernah melihat Tuhan kalian hingga kalian wafat- dan sesungguhnya ia(Dajjal) bermata picak-sementara Tuhan kalian tidak bermata picak dan sesungguhnya tertulis diantara kedua matanya “kafir” yang dapat dibaca oleh setiap orang mukmin baik yang dapat menulis ataupun tidak dapat menulis. Dan sesungguhnya diantara fitnahnya bahwa bersamanya ada surga dan neraka, sebenarnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka, maka barang siapa yang diuji untuk masuk ke nerakanya hendaklah beristighatsah memohon bantuan Allah dan membaca awal dari surat Al-Kahfi, maka api tersebut akan menjadi dingin dan penuh keselamatan sebagaimana yang terjadi pada Ibrahim. Dan diatara fitnahnya bahwa dia akan berkata pada seorang Arab badui: bagaimana jika kuhidupkan kembali ayah dan ibumu, apakah engkau yakin bahwa aku adalah tuhanmu? Dia menjawab; ya, maka dua syetan merubah wujudnya meniru bentuk kedua orang tuanya, ayah dan ibunya dan keduanya berkata padanya: wahai anakku ikutilah dia sesungguhnya dia adalah Rabmu. Dan diantara fitnahnya adalah dia diberikan kekuasaan untuk menaklukkan seseorang, maka dajjal membunuhnya dan memisahkan tubuhnya menjadi dua potongan kemudian berkata:”lihatlah pada hambaku ini sesungguhnya aku sekarang akan kembali membangkitkannya, sementara dia menganggap ada tuhan selainku, maka Allah membangkitkannya dan berkata Dajjal- yang keji- siapa tuhanmu dia menjawab : Rabku adalah Allah dan kamu adalah musuh Allah, engkaulah Dajjal, dan demi Allah aku semangkin jelas hari ini bahwa engkaulah dia. HR. Ibnu Majah. Dalam Al-Mustadrak, imam Al-Hakim meriwayatkan: فقال له الدجال : ما شأنك ؟ فقال العبد المؤمن : أنت الدجال الكذاب الذي أنذرناك رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال له الدجال : أنت تقول هذا ؟ قال : نعم ، قال له الدجال : لتطيعني فيما أمرتك وإلا شققتك شقتين ، فنادى العبد المؤمن فقال : أيها الناس ، هذا المسيح الكذاب فمن عصاه فهو في الجنة ، ومن أطاعه فهو في النار ، فقال له الدجال : والذي أحلف به لتطيعني أو لأشقنك شقتين ، فنادى العبد المؤمن فقال : أيها الناس هذا المسيح الكذاب فمن عصاه فهو في الجنة ، ومن أطاعه فهو في النار ، قال : فمد برجله فوضع حديدته على عجب (5) ذنبه (6) فشقه شقتين ، فلما فعل به ذلك ، قال الدجال لأوليائه : أرأيتم إن أحييت هذا لكم ألستم تعلمون أني ربكم ؟ قالوا : بلى » – قال عطية : فحدثني أبو سعيد الخدري أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : – « فضرب إحدى شقيه (7) أو الصعيد عنده ، فاستوى قائما ، فلما رآه أولياؤه صدقوه وأيقنوا أنه ربهم وأجابوه واتبعوه ، قال الدجال للعبد المؤمن : ألا تؤمن بي ؟ قال له المؤمن : لأنا الآن أشد فيك بصيرة من قبل ، ثم نادى في الناس ألا إن هذا المسيح الكذاب فمن أطاعه فهو في النار ، ومن عصاه فهو في الجنة ، فقال الدجال : والذي أحلف به لتطيعني أو لأذبحنك أو لألقينك في النار ، فقال له المؤمن : والله لا أطيعك أبدا ، فأمر به فاضطجع » – قال : فقال لي أبو سعيد : إن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : – « ثم جعل صفيحتين من نحاس بين تراقيه (8) ورقبته » – قال : وقال أبو سعيد : ما كنت أدري ما النحاس قبل يومئذ – « فذهب ليذبحه ، فلم يستطع ولم يسلط عليه بعد قتله إياه ».رواه الحاكم. Maka Dajjal berkata padanya: ada apa denganmu?Hamba mukmin tersebut berkata: engkaulah Dajjal sang pendusta yang telah diberitakan Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada kami. Dajjal berkata padanya: apakah engkau mengatakan ini? Dia menjawab: ya, Dajjal berkata,-demi Dia yang aku bersumpah dengannya- hendaklah engkau patuhi aku, atau jika tidak aku akan membelahmu jadi dua potongan, maka hamba tersebut berkata: wahai manusia inilah almasih sang pendusta, barang siapa yang menentangnya maka dia di surga, adapun yang mematuhinya maka dia di neraka. Dajjal mengulurkan kakinya dan meletakkan pisaunya di bagian belakang bokong pemuda itu dan membelahnya menjadi dua potongan, setelah melakukan hal itu dia bertanya pada para pengikutnya: bagaimana pendapat kalian seandainya aku hidupkan kembali pemuda ini,apakah kalian meyakini aku adalah Tuhan kalian?mereka menjawab: ya. BerkataAthiyyah: Abu Said alkhudri menceritakan bahwa Nabi bersabda: maka dia memukulkan satu bagian dari potongan tubuh pemuda tersebut, atau memukulkan tanah, seketika dia bangun. Melihat hal itu maka pata pengikutnya semangkin yakin dia adalah Tuhan mereka, maka mereka memenuhi seruannya dan mematuhinya Kedua: memperbanyak doa Doa adalah senjata yang manjur dalam menghadapi fitnah maupun ketika fitnah. Betapa butuhnya seorang hamba untuk senantiasa bermohon kepada Rabnya agar dijaga dari fitnah. Jangankan kita sebagai orang biasa, Rasulullah sendiri –yang senantiasa diperkuat dengan wahyu-tetap berdoa agar dijauhkan diri dari fitnah. Berkata Anas bin Malik: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا قَالَ نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ.رواه الترمذي Adalah Rasulullah-shallalhu ‘alaihi wa sallam –senantiasa berdoa:”Wahai Zat yang membolak-balikkan hati tetapkan hati kami di atas agamamu. Aku bertanya:wahai Rasulullah apakah anda khawatir dengan kami? Dia menjawab: ya, sesungguhnya hati-hati ini diantara jari-jemamari Allah dan dia berkuasa membolak-balikkannya sebagaimana yang dia kehendaki. HR. Tirmizi. Doa agar diwafatkan sebelum kedatangan fitnah اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ.رواه الترمذي وأحمد Ya Allah..sesungguhnya Aku bermohon padamu agar dapat melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan keungkaran-kemungkaran, agar aku mencintai orang-orang miskim,dansenadianya Engkau inggin menurunkan pada hamba-hambamu Mu fitnah, maka cabutlah nyawaku dalam keadaan tidak terfitnah. HR. Tirmizi dan Ahmad. Ketiga:membentengi diri dengan iman dan tauhid Ketika Rasulullah menjelaskan tentang fitnah Dajjal, beliau menyebutkan: مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَفَرَ يُهَجَّاهُ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ أُمِّيٍّ Tertulis diantara dua matanya” ka-fa-ra (kafir) “ akan dapat dibaca oleh setiap orang beriman dari umatku .HR. Ahmad. Jikalah iman begitu besar perannya dalam menghadapi fitnah Dajjal yang merupakan fitnah terbesar yang pernah Allah ciptakan, maka tentu segala fitnah lain yang masih di bawah fitnah Dajjal akan dapat diketahui seorang mukmin dengan iman yang menghujam dalam dadanya. Dalam hadis Amr bin Ash yang telah disebutkan di atas: وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ.رواه مسلم “Akan datang fitnah sehingga berkata seorang mukmin:” inilah fitnah yang membinasakanku, kemudian fitnah tersebut hilang…kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin: mungkin inilah..inilah” (yang membinasakanku).HR.Muslim. Jadi yang dapat menyelamatkan seseorang dari fitnah adalah imamnya yang benar..sebagaimana dalam hadis di atas, seorang mukmin senantiasa bersiap-siap menghadapi ftnah dan khawatir binasa karenanya. Tentunya iman yang dapat menjadi perisai serang mukmin adalah iman yang benar, akidah tauhid yang diajarkan Rasulullah. Keempat: melaksanakan misi dakwah para Nabi Sebagaimana dalam hadis Abdullah bin Amr bin Ash : إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.رواه مسلم “Sesungguhnya tidak pernah ada Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk memberitahukan umatnya atas segala kebaikan yang dia ketahui untuk mereka, dan memperingatkan mereka dengan segala keburukan yang dia ketahui untuk mereka,”HR. Muslim. Hadis ini menujukkan bahwa para Nabi diperintahkan untuk menunjuki umatnya segala kebaikan untuk mereka lakukan dan mengajarkan mereka segala bentuk kejelekan untuk dihindari,dan diantara sejumlah keburukan yang disampaikan para Nabi adalah datangnya fitnah akhir zaman bagaikan gelombang lautan yang harus diketahui umat dan faham cara mengantisipasinya. Adapun misi dakwah Rasulullah yang harus di teruskan oleh para dai adalah apa yang telah dijelaskan oleh Allah-subhanahu wa ta ala- sebelum diciptakannya Nabi Muhammad dan kedua orang tua beliau, dalam doa Nabi Ibrahim tatkala membangun Ka’bah dalam FirmanNya: رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Wahai Rabb kami utuslah ditengah-tengah mereka seorang Rasul dari mereka yang membacakan atas mereka ayat-ayatmu dan mengajarkan mereka alkitab dan hikmah serta mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau adalah Zat yang Maha perkasa dan Bijaksana.QS: Albaqarah:129. Adalah Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku adalah doa Bapakku Ibrahim. Beliaulah yang dimaksudkan Allah dalam firmanNya: هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ “Dan Dialah yang telah mengutus pada kaum ummiyyin(yang tidak dapat membaca) salah seorang Rasul dari mereka yang membacakan atas mereka ayat-ayatNya dan mensucikan mereka dan mengajarkan mereka alkitab dan hikmah walaupn sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. QS:Al-Jumu’ah: 2 Dari keterangan di atas maka misi Nabi Muhammad diutus adalah sebagai sosok guru yang mengajari dan mensucikan umat dari segala kesesatan. Maka ilmu yang benar dan amal sholeh adalah penyebab hidayah dan keistiqomahan bagi manusia. Kelima: menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar Fitnah dan segala bentuk kejelekan tidak akan dapat diatasi kecuali dengan menjalankan misi para Nabi menjalankan amar ma’ruf dan nahi mungkar melalui proses ta’lim yang melahirkan tazkiyah..kemudian mengamalkan ilmu yang benar dalam proses tarbiyah. Hanya dengan tazkiyah dan tarbiah inilah umat akan selamat dari berbagai gelombang fitnah. Allah berfirman: وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً “Dan takutlah fitnah(bencana) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim diantara kalian saja secara khusus”.QS.Al-Anfal:25. Dalam sahih Bukahri: عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الْإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ.رواه البخاري Urwah meriwayatkan dari Zainab binti Abi Salamah, bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan meriwaytkan dari Zainab binti Jahsy bahwa Rasulullah-shalllallahu ‘alaihi wa salam masuk kedalam rumahnya dalam keadaan ketakutan sambil berkata:Celakah bangsa Arab dengan kejelekan yang mendekat, telah terbuka dari benteng ya’juj dan ma’juj seperti ini-beliau mengisyratkan dengan jari ibu dan telunjuk yang dibulatkan- maka aku(Zainab) bertanya:”apakah kami akan dibinasakan sementara masih ada orang-orang yang sholeh? Beliau menjawab: ya jika kejahatan merajalela.HR.Bukhari. Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman meriwayatkan bahwa ada seseorang yang berkata dihadapan Abu Hurairah:”sesungguhnya seorang yang zalim hanyalah membahayakan dirinya”. Maka Abu Hurairah menjawab: Demi Allah sesungguhnya orang yang zalim akan membahayakan segalanya hingga burung yang terbang diangkasa”. Allah berfirman: فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (117) “Seandainya tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang memiliki keutamaan(para ulama) yang melarang (umat)dari perbuatan kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil saja yang kami selamatkan dari mereka, adapun orang-orang yang zalim maka mereka mengikuti segala kemewahan dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan sesungguhnya Rabmu tidak akan membinasakan suatu negeri selama penduduknya senantiasa memperbaiki.”QS. Huud: 116-117/. Kata-kata” muslihun”yang maknanya adalah orang-orang yang memperbaiki, menunjukkan bahwa bumi ini hanya akan selamat selama adanya para dai yang memperbaiki masyarakat dengan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Imam muslim meriwayatkan dari jalur Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهَ اللَّهَ.رواه مسلم والترمذي وأحمد Tidak akan terjadi kimat hingga kelak tidak ada lagi yang mengatakan: (takutlah pada) Allah(takutlah pada)Allah.HR.Muslim, Tirmizi dan Ahmad. Maksudnya kiamat tidak akan pernah terjadi hingga kelak di bumi tidak ada lagi orang-orang yang menasehati manusia dan menganjurkan mereka untuk bertakwa pada Allah. Allah berfirman: Keenam: istiqomah di atas sunnah Datang seseorang kepada Imam Malik bertanya bahwa dia ingin berihram dari rumahnya yang dekat dengan miqat, maka Imam Malik melarangnya. Dia bertanya: wahai Imam bukankah hanyalah beberap meter saja jaraknya dari Miqat? Imam Malik menjawab: Aku Khawatir kamu terkena fitnah. Dia bertanya fitnah apa wahai Imam? Imam Malik membacakan padanya firman Allah: فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ Hendaklah khawatir orang-orang yang menyelisihi perintahnya(Nabi) kelak mereka akan ditimpa fitnah ataupun azab yang pedih. QS: An-Nur: 63 Berkata Imam Az-Zuhri: السنة سفينة نوح من ركبها نجا “Sunnah itu bagaikan bahtera Nuh, barang siapa yang menaikinya dia akan selamat” Allah berfirman: وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ Dan Allah tidak akan mengazab mereka selama engkau ada pada mereka, dan Allah tidak akan mengazab mereka sementara mereka senantiasa bersistigfar. QS: Al-Anfal:33 Maksud kata-kata “selama engkau ada pada mereka” yaitu selama sunnah beliau ada ditengah kaum muslimin dan diamalkan oleh umatnya. Maka selama sunnah ditegakkan dan ummat ini senantiasa beristighfar, niscaya akan terhindar daripada fitnah yang membinasakan. Ketujuh: beramal sholeh Diantara sikap yang dapat menyelamtkan seorang muslim dari fitnah adalah memperbanyak amal sholeh. Sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-: بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.رواه مسلم “Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang dipagi harinya beriman dan disorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.HR.Muslim. عن أم سلمة رضي الله عنها قالت: استيقظ رسول الله ليلة فزعاً يقول:سبحان الله ماذا أنزل الله من الخزائن وماذا أنزل من الفتن ؟ من يوقظ صواحب الحجرات لكي يصلين فرب كاسية في الدنيا عارية في الآخرة “. رواه البخاري Dari Ummu Salamah-radhiallahu ‘anha, dia berkata:”terjaga Rasulullah saw pada suatu malam dalam keadaan terkejut sembari berkata:”apa yang telah diturunkan Allah dari perbendaharaan dunia, dan apa pula dia yang telah turunkan berupa fitnah-fitnah? Siapa yang akan membangunkan para penghuni rumah(istri-istri Rasulullah) agar mereka sholat malam, berapa banyak orang yang berpakaian di dunia tetapi telanjang pada hari kiamat.HR.Bukhari. Kedelapan: uzlah menjauhi diri dari fitnah Dalam kondisi fitnah akhir zaman yang memakan korban dan menumpahkan darah , maka hendaklah seseorang menjauhi fitnah, sebabagaimana yang dilakukan oleh sebagian sahabat seperti ibnu Umar dan lain-lainnya. Tatkala Dajjal keluar, Nabi-shallallahu alaihi wa sallam-mengajarkan umatnya agar beruzlah menjauh dari fitnah, beliau bersabda: مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ.رواه أبو داود Barang siapa mendengar kedatangan Dajjal maka hendaklah dia menjauh darinya, demi Allah sesungguhnya seseorang akan mendatanginya-sementara dia menganggap dirinya mukmin- akhirnya dia mengikutinya disebabkan berbagai syubuhat yang didatangkannya.HR. Abu Daud. Dalam hadis lainnya Rasulullah bersabda: سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ.رواه البخاري Akan terjadi berbagai fitnah, maka seorang yang duduk dalam perkara itu(tidak ikut) lebih baik dari orang yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik dari yang berjalan menyongsongnya, dan yang berjalan masih lebih baik dari yang berlari padanya, barang siapa yang larut padanya akan terjebak, maka barang siapa yang dapat menghindar melarikan diri darinya hendaklah dia lakukan.HR.Bukhari. Dalam riwayat muslim dengan tambahan: أَلَا فَإِذَا نَزَلَتْ أَوْ وَقَعَتْ فَمَنْ كَانَ لَهُ إِبِلٌ فَلْيَلْحَقْ بِإِبِلِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ فَلْيَلْحَقْ بِغَنَمِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَلْحَقْ بِأَرْضِهِ قَالَ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ إِبِلٌ وَلَا غَنَمٌ وَلَا أَرْضٌ قَالَ يَعْمِدُ إِلَى سَيْفِهِ فَيَدُقُّ عَلَى حَدِّهِ بِحَجَرٍ ثُمَّ لِيَنْجُ إِنْ اسْتَطَاعَ.رواه مسلم Ketahuilah jika fitnah telah datang maka yang memiliki unta hendaklah membawa untanya menjauh, dan barang siapa yang memiliki kambing-kambing hendaklah menjauh dengan kambing-kambingnya, yang memiliki tanah hendakah mendatanginya. Maka bertanya seorang laki-laki: Wahai Rasulullah, bagaimana sekiranya dia tidak memiliki,kambing ataupun tanah? Rasulullah menjawab: hendaklah dia mendatangi pedangnya dan memukulkan matanya kebatu hingga tumpul kemudian berusaha menyelamatkan diri. HR. Muslim. Bersabda Rasulullah-shalllahu ‘alaihi wa sallam-: إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ يَعْنِي بِنَفْسِكَ(زاد ابن ماجة: فعليك خويصة نفسك) وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ.رواه أبو داود Jika engkau melihat kekikiran yang diperturutkan dan hawa nafsu yang dijadikan panduan dan dunia yang didahulukan dan tatkala tiap orang bangga dengan pendapatnya, maka hendaklah engkau dengan dirimu (Ibnu Majah menambahkan: hendaklah engkau dengan orang-orang khususmu) dan tinggalkan manusia, sesungguhnya dibelakang kalian akan datang hari-hari sabar, dan kesabaran padanya seperti memegang bara api, bagi orang yang beramal diwaktu itu seperti ganjaran lima puluh orang yang beramal seperti amalannya. HR.Abu Daud.dalam tambahan lainnya Abu Daud meriwayatkan: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ قَالَ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُم Wahai Rasulullah sama dengan ganjaran lima puluh orang dari mereka? Beliau bersabada: seperti ganjaran lima puluh orang dari kalian. Kesembilan: menjauh dari da’i su’u Da’i su’u adalah para penjaja kesesatan, yang menggiring manusia kepada neraka dengan kendaraan hawa nafsu dan syahawat. Bagaikan para penjaja barang dagangan, mereka tidak pernah jemu menawarkan bid’ah dan khurafat yang dikemas dengan berbagai bungkusan-bungkusan menarik yang menipu. عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ فِتَنٌ عَلَى أَبْوَابِهَا دُعَاةٌ إِلَى النَّارِ فَأَنْ تَمُوتَ وَأَنْتَ عَاضٌّ عَلَى جِذْلِ شَجَرَةٍ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَتْبَعَ أَحَدًا مِنْهُم.رواه ابن ماجه. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman dia berkata: bersabda Rasulullah:akan muncul fitnah dan di atas pintu-pintunya ada para penyeru yang mengajak manusia ke neraka, jika engkau mati dalam keadaan menggigit batang pohon , akan lebih baik bagimu daripada mengikuti salah seorang dari mereka.HR. Ibnu Majah Kesepuluh: kembali pada ulama Ulama adalah lentera-lentera tatkala manusia dalam kegelapan kejahilan dan syubuhat. Barang siapa yang mengambil pelita ini niscaya akan dapat menerangi dirinya dalam menempuh perjalanan menuju negeri akhirat. Sebaliknya yang menjauh dari mereka bagikan si buta yang berjalan terseok-seok dalam kegelapan malam tanpa pemandu, di jalan yang terjal dan berbatu, di kiri dan kanan ada jurang yang dalam siap menunggu, sementara jalan penuh dengan para penyamun dan binatang buas yang siap menerkam dan merobek-robek dirinya. Dari Bisyr bin Amru, dia berkata: شيَّعنا ابن مسعود حين خرج، فنزل في طريق القادسية فدخل بستاناً فقضى حاجته ثم تؤضأ ومسح على جوربيه ثم خرج وإن لحيته ليقطر منها الماء فقلنا له: اعهد إلينا فإن الناس قد وقعوا في الفتن ولا ندري هل نلقاك أم لا، قال: اتقوا الله وأصبروا حتى يستريح بر أو يستراح من فاجر وعليكم بالجماعة فإن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة. Kami mengikuti Ibnu Mas’ud tatkala dia keluar menuju Qadisiyah,lantas dia masuk ke kebun menunaikan hajatnya, dia berwhudu dan mengusap di atas kaos kakinya, kemudian dia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya. Kami berkata: berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam fitnah dan kami tidak tau apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak. Beliau berkata: bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik akan beristirahat(wafat) dari orang jahat atau manusia di istirahatkan dari mereka (dengan mematikan orang yang fasiq), dan hendaklah kalian mengkuti jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan. Ibnu Alqayyim menyebutkan: وكنا إذا إشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله عنا “. Jika kami dalam kondisi takut yang sangat mencemaskan, dengan berbagai prasangka buruk dan dunia menjadi sempit, kami segera mendatangi beliau(IbnuTaimiyah) baru saja melihatnya dan mendengarkan perkataannya, seketika hilanglah segala beban dan derita yang kami rasakan. Kesebelas: tenang dan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi fitnah Fitnah yang datang terkadang bagaikan gelombang Tsunami yang menggulung, memporak-porandakan manusia, membuat mereka lari terbirit-birit dalam kebingungan dan kalang kabut, tidak tau apa yang harus di lakukan. Terkadang disebabkan kekalutan mereka tewas terinjak-injak, ketabrak kendaraan…dst. Niat hati inggin selmat, ternyata malah menjemput ajalnya disebabkan kalap. Bagaikan orang yang terhanyutkan oleh arus akan berupaya menarik segala yang dapat dijadikan pegangan walaupun rerumputan ataupun sampah. Orang yang bijak akan senantiasa berfikir jenih dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan tatkala fitnah melanda. Pernah suatu ketika Rasulullah-shallalahu ‘alaihi wa salam- memberikan pujian kepada sahabat Al-Asyaj bin Alqais: ” إن فيك خصلتين يحبهما الله، الحلم والأناة “. Ada dua perkara yangdicintai Allah terdapat dalam, yaitu sifat lembut dan tenang. Keduabelas: yakin dengan pertolongan Allah Segala ujian datangya daripada Allah-ta ‘ala-untuk menguji iman dan ketangguhan hati kita. Dengan ujian derajat keimanan akan naik,ketundukan pada Allah semangkin kuat, dan harap akan pertolonganNya semangkin menentramkan hati. Seorang mukmin sejati yakin Allah pasti akan menolongnya, dan Allah tidak akan pernah mengingkari janji. Allah berfirman: حَتَّى إِذَا اْسَتيئسَ الرسل وظنوا أنهم قد كذبوا جاءهم نصرنا فنجى من نشاء Tatkala para Rasul merasa berputus asa dan mereka menganggap mereka di dustakan , maka datanglah pertolongan kami maka akan kami selamatkan siapa-siapa yang kami kehendaki. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa tatkala Khabbab mendatangi Nabi yang sedang bersandar di bawah naungan ka’bah, mengadukan perihal penderitaan yang mereka alami dari kaum musyrikin, maka Khabbab berkata:” wahai Rasulullah mengapa anda tidak segera mendoakan kemenangan untuk kami? Maka Rasulullah duduk dan wajahnya memerah, sembari berkata: لقد كان من قبلكم ليمشط بأمشاط الحديد ما دون عظمه من لحم أو عصب ما يصرفه ذلك عن دينه ويوضع المنشار على مفرق رأسه فيشق باثنين ما يصرفه ذلك عن دينه، وليتمن الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت ما يخاف إلا الله والذئب على غنمه Sungguh orang sebelum kalian ada yang digaruk dengan sisir yang terbuat dari besi yang memisahkan dia dari kulit dan tulangnya, namun hal demikian tidak memalingkannya dari agama, ada juga yang digergaji dari atas kepala hingga terbelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak juga dapat merubah keyakinan mereka, pasti Allah akan sempurnakan agamanya ini hingga kelak para kafilah berjalan dari Shon’a ke Hadramaut tidak takut pada apapun kecuali pada Allah dan tidak perlu takut srigala yang akan memangsa kambing-kambingnya. Tetapi kalian terlalu tergesa-gesa.HR. Bukhari. Ketigabelas: berfikir jauh ke depan Segala tindak-tanduk, sikap dan kebijakan harus benar-benar dipikirkan dipertimbangkan agar tidak berdampak memunculkan fitnah yang lebih besar lagi. Terkadang sesorang diharuskan untuk menyimpan informasi sekalipun benar, khawatir dengan memunculkannya muncul kerusakan yang parah. Dalam konsep Islam kemungkaran tidak boleh di ingkari jika memunculkan dampak mungkar yang lebih besar. Itulah yang ditempuh oleh para ulama dan para sahabat Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkata Abu Hurairah-radhiallahu ‘anhu: حفظت من رسول الله صلى الله عليه وسلم وعائين ، أما أحدهما: فبثثته ، وأما الآخر: فلو بثثته لقطع هذا الحلقوم ” Aku menghafalakan dari Rasulullah-shallallahu-‘alaihi wa sallam- dua kantong ilmu, adapun satu kantong kusebarkan(kepada manusia) adapun kantong lainnya, seandainya aku sebarkan niscaya akan terpotonglah urat leher ini”. Berkata ulama: Abu Hurairah sengaja menyimpan sebagian hadis agar tidak muncul fitnah(karena salah memahaminya) apalagi setelah bersatunya kaum muslimin di bawah pimpinan khaifah Muawiyah-radhiallahu anhu-. Contoh lain, adalah pengingkaran Alhasan Bashri terhadap sahabat Nabi Anas bin Malik yang menjawab pertanyaan Hajjaj bin Yusuf Ats-saqafi tentang hukuman yan paling berat pernah Nabi terapkan kepada kaum Uranah yang merampok dan membunuh para pengembala unta zakat setelah mereka diselamatkan Nabi dan diberi jamuan di Madinah dan diobati hingga sembuh. Dalam Kasus ini Nabi menerapkan hukum potong tangan dan kaki secara bersilang pada mereka,setelah itu mata mereka dicongkel dan ditinggalkan di padang pasir kelaparan hingga mati. Adapun larangan Alhasan Bashri dikhawatirkan kelak Hajjaj menggunakan hadis tersebut untuk menambah kezalimannya terhadap rakyat dengan menerapkan hukuman serupa. Keempat belas: bermodal sabar Sabar adalah modal yang wajib ada dimiliki setiap muslim ketika berhadapan dengan segala fitnah.berkata An-Nu’man bin Basyir:” “إنه لم يبق من الدنيا إلا بلاء وفتن فأعدوا للبلاء صبراً ” Sesungguhnya tidaklah bersisa di dunia ini kecuali bencana dan fitnah-fitnah, maka siapkanlah untuk menghadapinya dengan bermodalkan sabar”. Bersabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa salam:” “إن من ورائكم أيام الصبر، الصابر فيهن كالقابض على الجمر، للعامل فيها أجر خمسين، قالوا: يا رسول الله أجر خمسين منهم أو خمسين منّا ؟ قال: خمسين منكم ” “Sesungguhnya dibelakang kalian akan datang hari-hari yang penuh dengan ujian kesabaran, orang yang dapat bersabar dimasa itu bagaikan seseorang yang memegang bara api, bagi orang yang beramal si saat itu mendapatkan ganjaran lima puluh kali, mereka bertanya: Wahai Rasulullah,apakah ganjaran limapuluh kali dari orang-orang sepeti mereka atau limapuluh kali ganjaran orang-orang seperti kami(para sahabat)? Nabi menjawab: limapuluh kali dari kalian.” Kelima belas: tabayyun dalam menerima berita Dalam zaman fitnah, akan berkembang segala bentuk isu maupun provokasi,maka wajib bagi setiap muslim untuk teliti menerima berita, dengan mengecek kebenarannya, melihat dari mana sumbernya,dan tidak tergesa-gesa menyebarkannya sekalipun benar adanya-jika dikhwatirkan akan menjadi fitnah. Allah-ta’ala memerintahkan kita untuk mengecek berita jika datang dari orang yang tidak jelas, apalagi fasiq agar tidak muncul penyesalan dibelakang hari, dalam firmannya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.QS: alhujurat: 6 Penutup Inilah kiat-kita yang wajib jadi pegangan orang-orang beriman dalam menghadapi fitnah, apaun bentuknya, semoga bermanfaat, wallahu ‘alam. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam. Materi ini adalah kenang-kenangan dari daurah di ma’had Ihya Sunnah, Tasik Malaya Batam, Ahad, 01 Desember 2013 /28 Muharram 1435 H Abu Fairuz Ahmad Ridwan